Wabah Kolera Menjangkit Sumut, Omzet Penjualan Ternak Babi Durun Drastis

Wabah kolera babi

topmetro.news – Wabah kolera babi yang semakin massif terjadi di Sumatera Utara, ternyata ikut memengaruhi omzet perusahaan yang menjual hewan kaki empat tersebut di pasaran. Bahkan sejak kasus kematian babi ini terungkap, penurunan omzet perusahaan terus merosot hingga 80 persen.

“Ya, sejak kejadian hog cholera di Sumut omzet kami turun drastis. Antara 70 persen sampai 80 persen. Tapi wabah tersebut hingga kini belum menjangkit lingkungan peternakan kami,” ucap Head of Farm PT Allegrindo Nusantara Sugianto menjawab wartawan usai menginisiasi kegiatan sosialisasi/penyuluhan pencegahan kolera babi di Kantor Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Rabu (27/11/2019) siang.

Kata Sugianto, pasar mereka seketika lesu dengan maraknya informasi kolera babi baik melalui media massa maupun media sosial. Padahal perusahaan mereka secara bio security, sangat awas dan konsisten dengan pencegahan atas wabah endemik yang pernah terjadi di Sumut pada 1992 silam tersebut.

“Lingkungan peternakan kami sampai kini steril dari hog cholera. Karena memang dari dulu menerapkan bio security dan vaksinasi secara ketat. Namun adanya informasi yang intens soal wabah kolera babi ini, membuat kondisi penjualan kami ikut menurun drastis,” ungkapnya.

Daging Babi Aman

Pihaknya mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama mencari solusi menyelesaikan permasalahan ini. Bahkan PT Allegrindo Nusantara juga siap menjadi bagian dari pihak yang mengampanyekan, bahwa daging babi aman dikonsumsi manusia.

“Sehingga juga tidak ada ketakutan di masyarakat memakan daging babi bisa terjangkit wabah kolera. Kami pikir semua pihak terkait perlu secara bersama-sama mengampanyekan hal ini. Dan kami siap untuk itu. Kami prihatin atas kejadian ini. Semoga Kecamatan Purba tidak ikut terjangkit makanya penting kita lakukan sosialisasi ke peternak sebagai langkah preventif,” ujar Sugianto.

Dalam kegiatan penyuluhan terungkap bahwa Simalungun sudah terpapar kolera babi. Hingga kini jumlah babi yang mati akibat wabah tersebut sebanyak 33 ekor dari total populasi yang ada di Simalungun yakni sekitar 134 ribu ekor. Namun khusus di Kecamatan Purba, kolera babi belum ada tanda-tanda terpapar.

“Sementara ini sampai 22 November ada 33 ekor babi yang mati dan masih terjadi di Kecamatan Pematang Raya. Kami juga sudah mengeluarkan surat edaran bahwa daging babi yang dikonsumsi walaupun sudah terjangkit kolera aman dimakan masyarakat. Jadi tidak perlu khawatir,” kata Kadis Ketahanan Pangan, Perikanan dan Peternakan Simalungun Pardomuan A Sijabat.

Posko Perbatasan

Selain itu pihaknya juga segera mendirikan posko pada enam titik terutama pada wilayah-wilayah perbatasan, yang bertujuan meminimalisir perdagangan dan lalu lintas babi dari luar Simalungun. Hal ini merupakan bagian dari tindak lanjut instruksi Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.

“Pertama di titik kedatangan dari Dairi dan Tanah Karo. Kemudian dari jalan Medan. Lalu dari Asahan yaitu Jalan Jawa. Juga dari Perdagangan serta dari Girsang. Artinya kita rencanakan di kabupaten-kabupaten sekitar kita,” katanya.

Upaya lain yang pihaknya lakukan, meskipun di kecamatan lain masih negatif kolera babi, dengan menyemprotkan disinfektan ke kandang-kandang ternak. Utamanya di kecamatan dengan potensi ternak paling dominan. “Termasuk Kecamatan Pematang Raya dan Pane,” katanya.

Peternak Kesulitan

Sementara itu para peternak mengaku kian sulit kehidupan ekonominya pasca wabah kolera babi menyerang ternak mereka. Bahkan di antaranya mengungkapkan mulai sulit membayar uang sekolah anak, karena diperkirakan alami kerugian akibat hewan ternaknya mati.

“Ini yang dikhawatirkan apabila wabah kolera babi semakin meluas terjadi di Simalungun. Mudah-mudahan di kecamatan kita tidak terjangkit seperti kecamatan lain. Karena seperti yang di (kecamatan) Raya itu, peternak di sana sudah rugi akibat kematian hewan ternaknya. Dan mengaku kalau anaknya bisa putus sekolah karena kejadian ini. Itu bisa saja jika terus merugi, lantas dari mana bayar uang sekolah anak. Sementara dari situ pula pencaharian rakyat,” ungkap Camat Purba Lince Hotmaida.

Pihaknya apresiasi dan senang bahwa dipilihnya kecamatan mereka sebagai lokasi penyuluhan oleh PT Allegrindo Nusantara. Ia berharap melalui sosialisasi itu peternak menjadi lebih paham akan pencegahan kolera babi. Di samping itu pihaknya siap bersama stakeholder terkait melaksanakan demo makan daging babi guna meyakinkan masyarakat tidak takut memakan daging babi.

“Seperti halnya wisata kuliner babi yang dilaksanakan Pemkab Karo, 1 Desember 2019. Dalam kegiatan itu kami berharap ada dukungan PT Allegrindo untuk membuat acara serupa bersama-sama masyarakat. Sehingga tidak ada lagi ketakutan-ketakutan masyarakat mengonsumsi daging babi,” katanya.

reporter | Erris JN

Related posts

Leave a Comment