topmetro.news – Baru-baru ini viral baliho yang bertuliskan ‘Selamat Datang di Provinsi Termiskin Se Sumatera’. Sepertinya kemunculan video itu bukan tanpa sebab dibuat. Karena nyatanya, di provinsi itu, rumah tak layak huni pun masih ada.
Ternyata, adanya dana triliunan rupiah yang masuk ke Aceh melalui Otonomi Khusus (Otsus), belum juga bisa mengentaskan garis kemiskinan di Aceh. Salah satunya seperti yang terjadi di Kkabupaten paling ujung Provinsi Aceh, yakni Aceh Singkil.
Di Kabupaten Aceh Singkil misalnya, selain mendapat predikat tertinggal juga selalu betah jadi ‘Kabupaten Termiskin se Aceh’.
Masih banyak masyarakat yang hidup tak layak dan tinggal di rumah reot. Selain tanpa penerangan, juga sebagaian rumah sangat tak layak untuk ditinggali. Misalnya seperti penelusuran LSM Barak AS ke salah satu desa di Kecamatan Simpang Kanan, tepatnya di Desa Kain Golong Lorong Uruk Janting.
Afril Siregar dari LSM Barak AS mengatakan, sedikitnya ada 10 unit rumah tak layak huni mereka temukan disana. Mereka menyaksikan langsung, bagaimana warga berada di rumah yang tidak layak lagi ditempati oleh pemiliknya.
Dijanjikan Rehab Rumah
“Sangat miris memang bila kita melihat keseharian warga di Kain Golong ini. Selain memiliki rumah tak layak huni, juga mereka hanya termakan janji manis dari pemerintah, bahwa mereka akan mendapatkan bantuan rehab rumah,” kata Afril, Sabtu (1/2/2020).
Namun sampai saat ini janji dari pemerintah tersebut hanya tinggal janji. Mereka tetap merasakan pahitnya kehidupan.
Selain itu ucap Afril, bahwa ekonomi warga di desa tersebut sangat memprihatinkan. “Mereka hanya mengandalkan bekerja di kebun orang,” terangnya.
Sementara itu salah seorang warga Kain Golong yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, bahwa mereka sudah pernah didata untuk mendapatkan rumah. Namun hal itu tidak juga terealisasi.
“Sudah cukup lama menanti kapan kami diberi bantuan rumah rehab,” tuturnya.
“Kami berharap kepada Bupati Aceh Singkil agar memperhatikan nasib kami disini. Dan agar dibantu untuk perbaikan rumah,” imbuhnya dengan nada lirih.
reporter: Rusid Hidayat Berutu
