TRADISI Mangokkal Holi, yang artinya menggali kubur adalah salah satu upacara yang dianggap sakral bagi kehidupan masyarakat Batak Toba. Upacara ini melibatkan pemindahan tulang-belulang nenek moyang yang telah meninggal ke tempat peristirahatan baru, sering kali dalam bentuk tugu atau monumen, dan mencerminkan keyakinan masyarakat Batak, bahwa hubungan dengan leluhur tetap abadi meskipun mereka telah tiada.
Makna dan Filosofi
Mangokkal Holi, yang secara etimologis berarti ‘mengangkat tulang’, bukan sekedar penyerahan jasad, tetapi juga ungkapan penghormatan yang mendalam terhadap sejarah dan warisan budaya.
Masyarakat Batak juga menyatukan kembali tulang-belulang leluhur di satu tempat agar dapat menjaga hubungan abadi dengan arwah serta memperkuat
silaturahmi antar anggota keluarga.
Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan Mangokkal Holi ini melibatkan beberapa tahapan, yakni mulai dari persiapan hingga pelaksanaan upacara. Proses ini biasanya dimulai dengan doa bersama dan pengumuman kepada pihak-pihak terkait, yang biasanya dinamakan Hula-hula (keluarga mertua) dan dongan sahuta (teman seperkumpulan), untuk meminta izin dan memberitahukan rencana upacara.
Pada hari pelaksanaan, seluruh keturunan berkumpul di makam, dimulai dengan doa dari pemuka agama. Penggalian dilakukan oleh anggota keluarga, diikuti dengan pembersihan tulang menggunakan air jeruk purut dan kunyit. Tulang-belulang kemudian dibungkus dengan ulos dan disiapkan untuk dimasukkan ke dalam
Tugu
Selanjutnya, upacara dilanjutkan dengan acara Somba Bao/Sulang Bao, yang melibatkan ibadah, pertunjukan tarian Tortor, dan pemberian tanda hormat
kepada Hula-hula. Setelah upacara selesai, pesta besar diadakan, melibatkan penyembelihan kerbau dan berbagai hiburan seni serta makanan khas Batak.
Mangokkal Holi juga tidak hanya berfungsi sebagai penghormatan kepada leluhur, tetapi juga memperkuat tali kekerabatan di antara keluarga. (Penulis: Johannes Pandiangan/Fakultas Ilmu Budaya USU – Prodi Sastra Batak)