topmetro.news – Konektivitas nirkabel generasi berikutnya alias generasi kelima (5G)pada akhirnya akan membantu menciptakan industri baru dengan kecepatan data yang lebih cepat dan latensi rendah. Ini berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Namun kita belum juga bisa menikmati manfaat 5G, bahkan di AS. Khusus di AS, tiga operator besar di Amerika Serikat menawarkan 5G secara nasional, tapi mereka menggunakan sinyal pita rendah.
Sementara, sinyal ini ketika menempuh jarak yang jauh, kecepatan datanya hampir tidak melebihi kecepatan LTE. Jadi sekelas Amerika saja masih sangat awal dalam permainan baru di sektor telekomunikasi tersebut.
China Uji 6G dengan Satelit
Perlombaan menuju kecepatan nirkabel yang lebih cepat tidak hanya agar Anda dapat mengunduh film atau lagu dalam hitungan detik pada ponsel. Ini juga menyangkut keamanan dan kesejahteraan ekonomi suatu negara.
Dan itulah mengapa beberapa pejabat AS tidak senang mendengar kabar China mengambil langkah pertama untuk mengembangkan dan menciptakan jaringan nirkabel 6G. Menurut NY Post, satelit bernama ‘Star Era-12’ diam-diam telah mengorbit ke luar angkasa. Yang merupakan satu-satunya tempat di mana frekuensi super tingginya dapat diuji.
Thyagarajan Nandagopal dari National Science Foundation (NSF) mengatakan, pita tinggi yang ter pasang oleh satelit hilang dengan mudah pada udara. Ia juga memperkirakan satelit tersebut dapat mencapai kecepatan unduh data mulai dari 100 hingga 500 Gbps.
Bagi pengguna seluler, jangkauan itu lebih dari 100 kali lebih cepat dari 5G. Padahal 5G sendiri 100 kali lebih cepat dari 4G. Dengan kata lain, konektivitas 6G akan menjadi sangat supercepat.
Laman Phone Arena melaporkan, Profesor Tommaso Melodia, yang mengepalai Institut Northeastern University untuk Wireless Internet of Things, mengatakan, 6G akan memungkinkan ponsel mengunduh film versi resolusi tinggi hanya dalam 8 detik dan 1.500 foto definisi tinggi dalam waktu kurang dari satu menit.
6G, catat dia, juga akan meningkatkan perawatan kesehatan. Karena akan memungkinkan seorang ahli bedah yang berbasis di New York mengontrol robot yang melakukan operasi pada pasien yang terbaring pada meja ruang operasi California. “AS belum terlambat untuk bergabung dalam perlombaan 6G,” imbuhnya.
BACA | WhatsApp Punya Fitur Canggih Anti Sadap, ini Cara Aktifkannya
AS Kehilangan Fokus?
Sementara itu, Nandagopal berpendapat, Pemerintah AS seharusnya tidak terlalu memaksakan diri untuk memimpin China dalam 6G. Hanya Profesor Melodia khawatir AS telah terganggu oleh teknologi lain dan tidak boleh kehilangan fokusnya pada komunikasi.
“Kesan jujur? Kami menjadi bersemangat dengan hal-hal lain seperti kecerdasan buatan dan kemajuan perangkat lunak seperti Cloud. Kami menganggap nirkabel sebagai sesuatu yang diberikan. Dan sekarang menyadari karena pandemi bahwa seluruh ekonomi kami bergantung pada penelitian komunikasi. Kami bisa dan jangan anggap remeh China,” papar rofesor Melodia.
China memimpin dalam 5G dan ingin mengulangi keunggulan itu dengan 6G, menurut pakar urusan global NYU, Pano Yannakogeorgos. Ia menegaskan, China telah menetapkan peta jalan lima tahun untuk membangun 5G dan mengikutinya. Ini memungkinkan negara itu menjadi ‘Raja’ 5G.
Yannakogeorgos membandingkan petunjuk telekomunikasi China dengan kepemimpinan Inggris dalam komunikasi telegraf selama abad ke-19. “Dia yang mengontrol jaringan, mengontrol dunia,” tukasnya.
Yannakogeorgos khawatir kepemimpinan awal 6G China akan mengarahkan AS dan Eropa untuk membuat standar 6G mereka sendiri. Ia ingat pada masa-masa awal 3G, perbedaan dalam standar pada negara bagian dan tempat lain membuat smartphone AS tidak dapat berfungsi dalam negara lain dan sebaliknya.
sumber | sindonews.com