Geger Dunia! AS-Saudi ‘Pecah’, Raja Salman Ngamuk ke Biden

Hubungan Arab Saudi AS

topmetro.news – Hubungan Arab Saudi dan AS (Amerika Serikat) berada di ujung tanduk. Kedua sekutu itu bersitegang atas laporan terbaru AS dan rencana pemberian sanksi.

Pemerintah Arab Saudi pimpinan Raja Salman ‘mengamuk’ lantaran laporan AS yang mendiskreditkan Putra Mahkota, Mohamed bin Salman (MBS). Pemerintahan Presiden Joe Biden secara resmi mengeluarkan laporan soal pembunuhan Jamal Khashoggi dan menyebut MBS ‘dalangnya’.

Khashoggi adalah jurnalis Saudi yang menjadi koresponden di Washington Post dan kerap mengkritik kerajaan. MBS, katanya, menyetujui pembunuhan tersebut.

“Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak penilaian negatif, salah, dan tidak dapat diterima dalam laporan yang berkaitan dengan kepemimpinan kerajaan,” tegas Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan, Jumat (27/2/2021).

“(Saudi) mencatat bahwa laporan tersebut berisi informasi dan kesimpulan yang tidak akurat.”

Persetujuan Pangeran

Laporan tersebut mengatakan, bahwa pangeran menyetujui Operasi Istanbul untuk menangkap atau membunuh Khashoggi. Sejak 2017, putra mahkota memiliki kendali mutlak atas operasi kerajaan. Sehingga sangat tak mungkin pejabat Saudi akan melakukan operasi tanpa seijin Putra Mahkota.

“Sangat disayangkan bahwa laporan ini, dengan kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan dan tidak akurat, dikeluarkan. Sementara kerajaan dengan jelas mengecam kejahatan keji ini. Dan kepemimpinan kerajaan mengambil langkah perlu untuk memastikan bahwa tragedi seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi,” kata kementerian.

“Kerajaan menolak tindakan apa pun yang melanggar kepemimpinan, kedaulatan, dan kemandirian sistem peradilannya.”

Laporan itu menyebut, satu regu beranggotakan 15 orang pergi ke Istanbul dari Saudi pada Oktober. Mereka semua kemudian diyakini berpartisipasi pada pembunuhan meski tak jelas apakah tim tahu target yang dituju.

“Putra mahkota memandang Khashoggi sebagai ancaman bagi kerajaan. Dan secara luas mendukung penggunaan tindakan kekerasan jika perlu untuk membungkamnya,” tulis laporan tersebut.

Khashoggi, yang menulis kritik tentang pangeran di The Washington Post, dapat bujukan ke Konsulat Saudi di Istanbul untuk menyelesaikan dokumen pernikahan. Kemudian Sang Tunangan melaporkan kehilangan Khassoggi. Tunangan Khassoggi memang sedang menunggunya di depan kantor dubes tersebut, karena tak kunjung muncul berjam-jam.

BACA | Para Tokoh ASEAN Kecam Kudeta Militer di Myanmar

Sanksi AS

Joe Biden | CNBC Indonesia

Sementara itu, AS juga menjatuhkan sanksi ke unit elit Arab Saudi serta mantan pejabat intelijen atas peran mereka dalam pembunuhan Khashoggi.

Kemudian, Kementerian Keuangan AS memblokir aset dan mengkriminalisasikan transaksi terkait Pasukan Intervensi Cepat (RIF), yang mereka anggap bertanggung jawab ke Putra Mahkota MBS serta mantan pejabat intelijen Ahmed Al-Assiri.

Assiri adalah orang dalam MBS. Ia telah bebas dalam persidangan tertutup di Arab Saudi soal kematian Khashoggi, yang dapat kritikan tajam oleh kelompok-kelompok hak asasi.

“Mereka yang terlibat dalam pembunuhan menjijikkan terhadap Jamal Khashoggi. Harus dimintai pertanggungjawaban,” kata Menteri Keuangan Janet Yellen dalam sebuah pernyataan.

“AS bersatu dengan jurnalis dan pembangkang politik dalam menentang ancaman kekerasan dan intimidasi.”

Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut, langkah AS bukan memecah belah hubungan dengan Saudi. Tapi menyesuaikan kembali. Ia menyebut hubungan harus sesuai nilai-nilai AS.

“Saya pikir kita harus memahami juga bahwa ini lebih besar dari satu orang. Kalibrasi ulang ini sesuai dengan kebijakan yang dikejar Arab Saudi dan tindakan yang diambil,” kata Blinken ketika menajwab pertanyaan, mengapa pangeran tidak kena sasaran sanksi.

sumber | CNBC Indonesia

Related posts

Leave a Comment