Awas..!! Obesitas Berisiko Alami Gejala Covid-19 Berat

Penderita obesitas

TOPMETRO.NEWS – Penderita obesitas tak cuma memicu komplikasi penyakit, tapi juga tingkatkan risiko gejala COVID berat. Ketahui alasannya lewat ulasan berikut.

Orang dengan obesitas berisiko lebih tinggi mengalami gejala COVID-19 berat yang bisa berujung pada kematian.

Sejumlah ahli menilai komplikasi penyakit akibat obesitas, seperti diabetes, dapat memperparah risiko infeksi virus corona.

Namun riset terbaru menemukan penyebab perburukan gejala COVID-19 pada penderita obesitas justru karena adanya penumpukan lemak berlebih.

Pasalnya, peneliti mengungkapkan virus corona dapat menginfeksi sel lemak dan sel kekebalan tertentu di dalam lemak tubuh. Kondisi ini pada gilirannya mendorong respons imun yang justru merusak tubuh.

Studi gabungan tersebut dipublikasikan secara daring melalui BioRxiv pada Oktober 2021. Namun, belum ditinjau sejawat dan belum diterbitkan di dalam jurnal ilmiah.

Risetnya menggunakan jaringan lemak pasien yang menjalani operasi bariatrik, sebuah metode pembedahan untuk menurunkan berat badan.

Jaringan lemak itu kemudian diinduksi virus corona. Tujuannya untuk mengetahui perilaku SARS-CoV-2 di dalam jaringan lemak, maupun reaksi sel kekebalan terhadap virus corona.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa virus corona dapat bersembunyi di dalam jaringan lemak guna menghindari respons pertahanan sel kekebalan.

Di dalam lemak, virus corona dapat memperkuat dirinya. Virus ini kemudian menyerang jaringan lemak dan menciptakan peradangan.

Perlu diketahui, lemak tidak hanya berperan sebagai tempat penyimpanan energi, namun juga menjadi jaringan aktif yang memproduksi hormon dan protein sistem kekebalan bernama sitokin.

Pada keadaan normal, sitokin bekerja membantu sistem imunitas dan sel kekebalan tubuh melawan serangan patogen, termasuk virus corona.

Ketika sitokin, sistem imunitas, dan sel kekebalan bekerja melawan virus corona, hal ini memicu respon alami tubuh berupa peradangan.

Menanggapi studi, dr. Philipp Scherer, ilmuwan dari UT Southwestern Medical Center di Amerika Serikat mengatakan bahwa virus memang bisa menginfeksi sel lemak secara langsung.

Kondisi serupa dialami oleh penderita HIV dan influenza. Kedua virus tersebut terbukti dapat menyerang dan bersarang di lemak.

“Tidak hanya itu, ketika virus menginfeksi sel lemak, jaringan tubuh lain juga dapat terkena imbasnya,” jelas dr. Phillip yang tidak terlibat dalam penelitian.

Kondisi ini pada gilirannya memicu perburukan gejala COVID-19 pada orang obesitas.

Makin Banyak Lemak, Gejala COVID Makin Buruk
Disampaikan dr Tracey McLaughlin, salah seorang yang terlibat dalam penelitian, peradangan dapat kian memburuk jika massa lemak semakin banyak. Khususnya, lemak visceral alias lemak perut yang mengelilingi organ dalam.

“Infeksi di sel lemak pada dasarnya dapat menyebabkan peradangan ringan. Namun pada orang dengan lemak visceral berlebih, respons peradangan dapat semakin buruk,” jelas peneliti dari Stanford University Medical Center, AS itu.

Bahaya obesitas dalam meningkatkan perburukan gejala COVID-19 turut dibenarkan dr. David Kass dari Johns Hopkins Medicine.

Menurutnya, semakin banyak lemak tubuh, semakin besar peluang virus bersarang, bereplikasi (memperbanyak diri), dan memicu respons sistem kekebalan yang merusak tubuh.

Terlebih, respons peradangan yang parah bisa terjadi karena sel kekebalan tertentu seperti makrofag turut terinfeksi. Hal ini menyebabkan penderita obesitas kian rentan mengalami perburukan gejala COVID-19.

Penumpukan lemak berlebih dapat meningkatkan risiko gejala COVID berat. Oleh karena itu, dr. Muhammad Iqbal Ramadhan merekomendasikan agar penderita obesitas lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan 5 M.

Caranya dengan memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Guna meminimalkan infeksi virus corona, penderita obesitas juga harus melakukan vaksinasi.

“Vaksinasi dapat mengurangi risiko paparan virus. Selain itu, dengan vaksinasi, herd immunity atau kekebalan kelompok bisa tercapai. Sehingga meminimalkan risiko paparan dan mutasi COVID-19,” jelas dr. Iqbal.

Terakhir dan yang terpenting, orang obesitas juga perlu menurunkan berat badan dengan menjalani pola makan dan gaya hidup sehat serta rajin berolahraga.

Cara ini tidak hanya meminimalkan perburukan gejala COVID, namun juga mencegah komplikasi penyakit akibat penumpukan lemak berlebih.

Konsultasi ke dokter jika ingin mengetahui lebih jauh  seputar COVID-19 terlebih varian baru yang kini sudah mulai masuk ke Indonesia.

BACA PULA | Makan Masakan Rumah Cegah Obesitas

Sebagaimana diberitakan TOPMETRO.NEWS sebelumnya, menurut sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat, orang dewasa yang tidak pernah menonton TV saat makan bersama keluarga dan banyak makan masakan rumah, memiliki risiko lebih rendah mengalami obesitas dibandingkan orang lain.

Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan makan rutin bersama keluarga berhubungan dengan rendahnya risiko obesitas. Namun, dalam penelitian baru-baru ini yang melibatkan lebih dari 12 ribu waega Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan makan di rumah dibandingkan di luar dan tanpa televisi yang menyala, berkaitan erat dengan rendahnya risiko obesitas, tidak peduli seberapa sering anggota keluarga ada.

sumber\foto | KAIROS
reporter | jeremitaran

Related posts

Leave a Comment