Tim SAR Heran, Masyarakat Terkesan Sepele saat Muncul Gejala Banjir Bandang Sembahe

Gejala banjir bandang

TOPMETRO.NEWS – Gejala banjir bandang di wisata pemandian alam Sembahe memunculkan banyak catatan tentang kesiapan menghadapi bencana. Salah satu yang terlihat dari perilaku masyarakat sesaat sebelum banjir bandang menyapu pemandisn alam Sembahe itu.

Bahkan, ada pelaku search and rescue (SAR) yang terheran-heran mrlihat gelagat orang-orang di tempat wisata Sembahe itu saat sudah muncul gejala banjir bandang.

BACA PULA | Hendri Duin: Pelaku UMKM di Medan Harus Didata Ulang

Mantan Kepala Kantor SAR Medan, Zainul Thahar yang melihat adanya kesan masyarakat tidak pahsm atau malah sepele dengan kondisi bencana.

“Kita lihat dari video-video rekaman kejadian banjir bandang Sembahe, betapa banyak orang masih tenang-tenang saat lidah air sudah muncul. Kesannya sepele,” kata Zainul, Senin 1 Mei 2023.

Direktur Eksekutif Komunitas Siaga Bencana Sumatera Utara (Kogana Sumut) itu menjelaskan soal fenomena tersebut.

“Lidah air pertama keluar dari sebelah kanan belakang Sibolangit atau daerah Sukamakmur. Lidah air ini yang menyebabkan debit air naik,” katanya.

Patut disyukuri, kata Zainul Thahar, bahwa dari kejadian tersebut tidak ada korban jiwa.

“Ini kejadian yang sama seperti tahun 2016, dimana saat itu ada korban 25 mahasiswa yang tewas,” ungkapnya.

BACA PULA | Panglima TNI Sambut WNI yang Dievakuasi dari Sudan

Tapi dibalik itu, dia menggarisbawahi, bahwa pengetahuan atau kesadaran masyarakat mengenai kebencanaan belum terbangun.

Ditambah lagi, tidak adanya early warning system di lokasi yang berpotensi bencana seperti itu.

“Saya sendiri sedari pagi sudah melihat ada tanda-tanda bakal turun hujan deras, tapi tidak tahu bakal jatuh di mana,” ujarnya.

Yang dia maksudkan adalah, bahwa objek wisata seperti Sembahe itu harus menyediakan sistem kesiapsiagaan bencana.

“Terlebih diketahui kondisi cuaca dengsn curah hujan tinggi, dan saat ini sedang suasana musim libur lebaran yang tentu ramai,” paparnya.

Selain itu, Zainul Thahar juga mengulas, ada pola yang sama antara bencans hari Minggu kemarin dengan tahun 2016 serta bencana sejenis di Bahorok.

Bahwa ada kerusakan alam berupa penebangan pohon serta berkurangnya kawasan tangkapan air.

Lalu dipicu curah hujan tinggi, daya tampung air di sungai tidak memadai yang akhirnya mengakibatkan banjir bandang.

BACA PULA | Warga Resah Terkait Wacana Pelebaran Jalan di Kelurahan Kuala Bekala

“Yang kami amati, dari dampak banjir bandang di Sembahe membawa tumpukan kayu hingga wilayah kanal Medan Johor,” ungkapnya.

Debris kayu dari Sembahe yang jumlahnya sangat beser tersebut, menurutnya, jika tidak disikapi bisa jadi masalah baru ke depan bagi wilayah aliran sungai Kota Medan.

asl1

Related posts

Leave a Comment