topmetro.news – Sawah disepanjang aliran sungai Dalu Dalu Kabupaten Batu Bara sempat dihebohkan mengalami kekeringan sedangkan Pupuk Subsidi dikatakan langka di kios pengecer.
Beberapa info sebelumnya, bahwa yang menjadi nara sumber dan pembuat pernyataan bernama Ngatijo seorang Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sido Rukun di Desa Suka Raja, kecamatan Air Putih, kabupaten Batu Bara.
Benarkah seorang petani Desa yang notabene merupakan warga yang berasal dari kalangan Wong Cilik, lalu nekat menyebar informasi bohong seperti ini?
Atau jangan-jangan Ngatijo sendiri telah terjebak sebagai korban framing propaganda oknum yang memanfaatkan kepolosannya sebagai alat politis.
Yang pasti pria paruh baya itu kini mulai tenar menjadi objek persangkaan dari sebuah pernyataan yang diduga tidak ia perbuat.
Awalnya disebutkan, Ngatijo membuat pernyataan dan pengakuan dibeberapa media tentang kondisi areal persawahan diseluruh kecamatan Air Putih selama 2 pekan terakhir telah mengalami kekeringan.
Bahkan kalau dirinya juga mengatakan bahwa kekeringan yang terjadi sampai mengakibatkan kondisi tanah diseluruh areal sawah yang mengalami retak-retak.
Lebih parahnya, kabar soal kekeringan serta kelangkaan pupuk subsidi di kios pengecer sepertinya terus sengaja dikesankan memang dikoarkan oleh Ngatijo sehingga bisa bebas disusupi segelintir oknum.
Walapun beritanya sempat heboh sekejap dan itupun cuma sampai ketingkat lokal Batu Bara.
Ngatijo malah terus disebut mendengungkan percakapannya terkait kelangkaan pupuk yang dia diucap bahwa pupuk subsidi yang dibutuhkan petani didaerahnya sama sekali kini tidak lagi ada tersedia di kios pengecer.
Sementara dari penelusuran yang dilakukan oleh awak media, jika seandainya saja benar Ngatijo menyatakan tentang kelangkaan pupuk subsidi.
Ternyata itu bertolak belakang dari fakta dilapangan, apalagi kabar tak sedap tersebut langsung dibantah oleh pihak Dinas Pertanian Dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Batu Bara, melalui Kepala Bidang (Kabid) Hortikultura Dan Sarana Prasarana (Sarpas).
Selasa (30/01/2024) Armen Syam secara tegas membantah, sehubungan dengan bantahannya itu pun bukan tanpa alasan kuat. Ia menguraikan bahwa kurangnya intensitas debit air dialiran persawahan terjadi setelah tanggul di Hulu sungai Dalu Dalu Pecah.
Namun tidaklah sampai berdampak menjadi penyebab terjadinya kekeringan apalagi diseluruh areal sawah yang ada di Kecamatan Air Putih.
Sebab begitu mendapat informasi terkait pecahnya tanggul, pihak Distanbun bersama PUTR Batu Bara seketika menerapkan pola sedimen (pendangkalan) dengan pasir disepanjang koordinat tanggul yang pecah dengan menggunakan alat berat sampai sepanjang 400 meter.
Walau ada pula yang menyebut akibat pecahnya tanggul, menjadi penyebab surutnya alur sungai dan berpengaruh terhadap pengairan sawah.
Kembali Armen memastikan, baik sebelum ataupun sesudah tanggul pecah tidak pernah sampai membuat kondisi seluruh persawahan mengalami kekeringan.
Apalagi sampai menjadikan tekstur tanah diareal sawah mengalami retak-retak.
Kondisi sawah Kering dengan ‘Kekeringan’ menurut Armen sangat berbeda dan untuk areal persawahan disepanjang aliran Sungai Dalu Dalu sendiri belum adanya retak-retak.
“Ada buktinya kalau sawah di area yang disebut pak Ngatijo masih terlihat basah sebab masih ada terlihat genangan air sebelum pecahnya tanggul.
Sore hari airnya sudah masuk melalui intake (pintu air) mengalir ke sawah-sawah”, terang Armen sembari menunjukkan kondisi sawah yang masih berair kala itu dari sebuah rekaman video.
Demikian pernyataan Ngatijo soal “pupuk subsidi saat ini tidak ditemukan di kios pengecer” yang kemudian dikutip menjadi sebuah narasi negatif suatu pemberitaan.
secara terang-terangan dinyatakan Armen bahwa perkataan Ngatijo dimaksud berarti terbilang imaziner atau sebuah perkataan yang tidak pernah dia katakan (dibuat-buat).
“Saya sendiri telah menemui pak Ngatijo dia menyangkal dirinya pernah mengatakan kepada orang lain kalau pupuk subsidi langka dan tidak ada lagi dijual di kios pupuk, Tahun ini pada 28 Januari 2024 lalu Pak Ngatijo sudah mengambil pupuk subsidi jatahnya untuk 2 musim tanam yaitu sebanyak 6 zak”, ungkap Armen.
Armen meminta kepada semua pihak terutama para petani agar jangan langsung percaya terhadap segala informasi yang masih diragukan kebenarannya.
“Kalau ada kendala apakah itu masalah pupuk, masalah air atau masalah lain. Maka seharusnya petani berkonsultasi dan berkoordinasilah dengan petugas penyuluh pertanian di desa masing-masing”, tutupnya seraya memberikan himbuan.
Reporter: Bima Pasaribu