3 Kerajaan yang Terlupakan di Sumatera Utara

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia dulunya merupakan kumpulan kerajaan yang memiliki budaya dan karakter yang berbeda-beda. Cerita tentang kemegahan berbagai kerajaan rapi tercatat dalam buku-buku sejarah. Beberapa nama seperti kerajaan Majapahit, kerajaan Demak, Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Kediri sering didapati ketika belajar sejarah dibangku sekolah.

Eksisnya kerajaan yang terpusat di pulau jawa dalam berbagai buku pelajaran, sering membuat masyarakat di luar pulau jawa lupa mengenai kerajaan-kerajaan lokal yang dulu pernah jaya di tempat mereka, Tokoh ternama, dan peristiwa bersejarah yang daerah mereka miliki.

Seperti halnya bagi orang-orang yang tinggal di Sumatera Utara (Sumut). Pastinya warga Sumut mengetahui Kerajaan Melayu Deli, bagaimana dinamika sejarahnya, dan melihat atau mengunjungi istana peninggalan Kerajaan Deli, Istana Maimun.

Namun dalam riwayatnya, Kerajaan Deli hanya satu dari banyaknya kerajaan yang dulu pernah Berjaya di Sumatera Utara. Minimnya literasi ataupun bukti fisik mengenai Kerajaan terkait, membuat kisah dari kerajaan-kerajaan ini seperti hilang ditelan bumi.

Lahirnya sistem kerajaan di Sumatera Utara muncul pada abad 15. Pada saat itu lahir beberapa kerajaan  seperti kerajaan Nagur, Batak, dan Aru. Berikut ini penjelasan dari 3 kerajaan tersebut.

  1. Kerajaan Nagur

Kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan besar di Sumatera Utara yang kehadirannya menjadi awal sejarah masyarakat Batak Dan di kemudian hari disebut orang Hataran atau Simalungun. Lahirnya kerajaan ini diawali dengan datangnya seorang tokoh dari dataran tinggi Chota Nagpur sebelah timur India.

Pustaka Nagur menyebut tokoh tersebut dengan nama Dayarad Damadik, namun keterbatasan Narayan tidak bisa menyebut “N” maka dirinya pun menyebut namanya  Darayad Damadik. Seiring waktu penyebutan Damadik mengalami perubahan bunyi menjadi Damanik.

Terbentuknya kerajaan Nagur diawali dengan bergabungnya sejumlah kampung yang ada di Simalungun yang kemudian dibagi dalam beberapa bagian meliputi Huta, Ngori, dan Urung. Nama Nagur sendiri berasal dari perpaduan kata “Na” dan “Agur” yang berarti gagah berani, benar, adil, dan bijaksana.

Setelah berdiri selama ratusan tahun kerajaan Nagur akhirnya runtuh karena diserang oleh berbagai kerajaan lainnya.

  1. Kerajaan Batak Tapanuli

Kerajaan ini berasal dari kata Pa’ta, dan berkedudukan di Batahan sekitar kota Natal sekarang.  Beberapa bukti sejarah yang memperkuat keberadaan kerajaan Batak dapat dijumpai di Padang Lawas dan sekitarnya, seperti Candi Portibi, Candi Bahal, Candi Sitopan, Candi Bara, Candi Pulo, dan Candi Tandihat.

Ditemukan candi tersebut menandakan bahwa sejak abad ke 1 sampai abad 10 Masehi, peradaban Batak di daerah ini sudah sangat maju. Kerajaan ini sendiri memiliki hubungan dagang dengan Kerajaan Ming dari China dan Kerajaan Cola dari India.

Namun pada tahun 1024, terjadi peperangan antara Kerajaan Batak dengan Kerajaan Cola. Hal ini terjadi disebabkan oleh tersinggungnya Raja Rejendra Cola Dewa I atas hubungan dangan yang dilakukan Kerajaan Batak dan Kerajaan Ming dari Cina.

Pertempuran ini berlangsung selama 5 tahun dan dimenangkan oleh kerajaan Cola. Kekalahan ini memaksa raja Negri Batak ditangkap namun tidak dibunuh. Setahun kemudian pada tahun 1030 pecahan kerajaan Batak kembali berdiri di Barus.

Penunjukan Raja Mula sebagai Raja di Kerajaan Batak Barus menjadi awal dari banyaknya kerajaan di seluruh Sumatera Utara.

  1. Kerajaan Aru

Sejarah mencatat, Kerajaan Aru pernah berkuasa di Sumatera Utara pada abad ke 13 sampai abad ke 15 M. Kerajaan ini merupakan penguasa terbesar di Sumatera yang memiliki wilayah kekuasaan luas dan memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing.

Berdasarkan temuan arkeologi menjelaskan bahwa pusat kerajaan Aru berada di Kota Rentang  (Hamparan Perak) di Kabupaten Deli Serdang pada abad ke 13 hingga abad 14 Masehi, sebelum akhirnya pindah ke Deli Tua pada abad 16 M akibat serangan dari Aceh.

Kebiasaan suku Karo pada masa lalu yang tidak terbiasa membuat bangunan permanen berbahan batu seperti bangunan candi-candi di Jawa, menyebabkan minimnya bukti dari peradaban kerajaan Aru, yang tersisah hanya Benteng Putri Hijau. Dibagun untuk menangkal serangan bala tentara Aceh dibawah Sultan Alaiuddin Riayat Shah Al Qahrar

Penulit | Agung Bukit

 

Related posts

Leave a Comment