21 Pemain Indonesia Tampil di Babak Utama All England

TOPMETRO.NEWS – Dua wakil Indonesia gugur di babak kualifikasi All England Terbuka Super Series Premier 2017. Kini tersisa 21 pemain yang siap tempur.

Indonesia menyisakan satu pemain dari babak kualifikasi All England. Anthony Sinisuka Ginting menyusul 20 pemain lain yang langsung bertanding pada babak utama mulai Rabu (8/3).

Anthony menggenggam tiket babak utama usai mengalahkan Ihsan Maulana Mustofa di final kualifikasi 21-17 dan 21-16 di Barclaycard Arena, Birmingham, Selasa (7/3/2017). Satu wakil Indonesia lain Lyanny Alessandra Mainaky juga tersingkir setelah kalah dari Delphine Lansac (Prancis) 15-21, 13-21 di final kualifikasi.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, para pemain Indonesia, khususnya pelatnas, siap tempur menghadapi lawan-lawan di babak utama.
“Tentunya persiapan All England ini sudah cukup siap karena sudah terjadwal. Sehingga pemain dan pelatih sudah tahu, apa yang harus disiapkan. Apalagi turnamen ini kan menjadi salah satu yang bergengsi otomatis jadi lebih utama,” kata Susy yang juga berperan sebagai manajer tim sebelum terbang ke Inggris.
“Kalau perbedaannya dengan zaman dulu, mungkin kalau dulu sebagai pemain di All England, tetapi sekarang hanya mendampingi saja. Tetapi paling tidak pengalaman saya di All England bisa saya bagikan ke anak-anak. Apa yang bisa saya bantu, apa yang menjadi kesulitan mereka, yang mungkin mereka tidak bisa mengatasi, mungkin saya bisa memberi masukan,” lanjut dia.

Sejauh ini pun, kata dia, masing-masing per sektor sudah melakukan kumpul bareng sejak awal kepengurusan terbentuk. “Secara keseluruhan kumpul bareng semua tidak, tetapi per sektor. Kan pelatih ada beberapa yang baru juga. Jadi kumpulnya tidak hanya saling mengenal tetapi membuat komitmen dan target. Sehingga masing-masing punya tanggung jawab dan tujuan,” ucap Susy.

“Kalau event besar pasti treatment-nya seperti itu. Ada jam tambahannya. Tetapi pelatih-pelatih ini kan yang paling tahu, kami hanya memantau. Kalau ada yang kurang kami melakukan diskusi dan beri masukan. Saya selalu menempatkan diri kalau kita ini team work dan satu keluarga. Tapi di samping itu kita evaluasi. Saling bagi info juga dengan para pelatih,” ungkapnya.

Jika membandingkan dengan zamannya menjadi pemain, pemilik empat gelar juara All England itu memang tidak menjalani latihan dengan mudah. Jatuh bangun saat latihan harus dia lakoni untuk bisa mendapat kemenangan dan mempertahankannya.

“Iya zaman memang sudah berubah, kita tidak bisa membandingkan dulu dengan sekarang. Pasti plus minusnya. Dulu itu memang fasilitas kami serba terbatas, jumlah pertandingan juga sedikit. Jadi mau tidak mau perjuangannya cukup keras ya. Tetapi membuat kita lebih kuat, lebih mandiri, apapun pun harus bisa sendiri,” ungkap dia.
Nah, zaman sekarang, kata dia, fasilitas jauh lebih baik. Tim juga sudah menyediakan dokter, terapis, dan tentunya fasilitas lain yang sudah sejatinya dipergunakan sebaik-baiknya oleh para atlet.

“Ya artinya yang bagus harus diikuti, yang kurang dengan adanya fasilitas-fasilitas yang disiapkan bisa menunjang, paling tidak lebih memotivasi atlet-atlet. Jadi mereka tinggal latihan saja. Karena, tentu hal itu bukan hal yang sulit bisa dicapai, tinggal kesadaran dan tanggung jawab atlet,” ujarnya. (TMN)

Related posts

Leave a Comment