Yerusalem Timur Harus Jadi Ibukota Palestina

Yerusalem Timur

topmetro.news – Yerusalem Timur harus menjadi ibukota Palestina di masa depan. Hal itu dikatakan Raja Jordania Abdullah II. Dia prihatin dengan keputusan Amerika yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Ketika melakukan pembicaraan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence di Amman, Minggu (14/1/2018), Raja Abdullah mengatakan bahwa satu-satunya solusi untuk konflik Israel-Palestina adalah solusi dua negara.

Jordania kehilangan Yerusalem Timur dan Tepi Barat oleh Israel selama perang Arab-Israel 1967.

Ingkari Kebijakan Luar Negeri AS

Pengakuan Amerika Serikat atas klaim Israel terhadap Yerusalem sebagai ibukotanya mengingkari kebijakan luar negeri AS yang telah berlangsung selama beberapa dasawarsa, yang menyebutkan bahwa status kota itu harus diputuskan dalam negosiasi dengan Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara masa depan mereka.

Raja Abdullah mengatakan langkah AS akan memicu radikalisme dan mengobarkan ketegangan Muslim dan Kristen.

“Bagi kami, Yerusalem adalah kunci bagi umat Islam dan Kristen, seperti juga Yahudi. Ini adalah kunci perdamaian di wilayah ini dan kunci untuk memungkinkan umat Islam untuk secara efektif melawan beberapa akar penyebab radikalisasi kami,” katanya.

Para pejabat Palestina dari kelompok Fatah maupun Hamas pada, Sabtu (20/1/2018) lalu, menolak kunjungan yang akan dilakukan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence ke Timur Tengah.

“Kunjungan Pence ke kawasan ini tidak bisa diterima karena dia adalah pendukung buta Israel,” kata Osama Qawasmi, juru bicara Fatah di Tepi Barat, kepada Xinhua.

Qawami menyerukan perlawanan massal di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur terhadap pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Qawami mendesak negara-negara Arab agar tidak menerima kedatangan Pence sebagai balasan atas pengakuan AS soal Yerusalem itu serta karena keputusan AS untuk menghentikan bantuan keuangan kepada Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-bangsa bagi Pengungsi Palestina (UNRWA).

“Tidak ada pembenaran untuk menerima pejabat AS (Pence–red) itu, sejak pernyataannya mengukuhkan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel,” kata Fawzi Barhoum, juru bicara Hamas.

Perdamaian Israel-Palestina

Pence dijadwalkan mengunjungi Mesir, Jordania dan Israel dalam waktu empat hari. Namun, ia tidak akan melakukan pertemuan dengan pejabat-pejabat Palestina, yang menunjukkan kebuntuan dalam upaya pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjembatani perdamaian antara Palestina dan Israel.

Trump bulan lalu mengumumkan pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel dan bahwa pemerintahannya akan memindahkan Kedutaan Besar AS ke kota itu.

Pengakuan itu mengundang kemarahan secara luas dan kecaman dari banyak negara.

Tarik 65 Juta Dolar

Ketegangan kembali muncul menjelang lawatan Pence ketika Amerika Serikat pada Selasa mengumumkan akan menarik 65 juta dolar dari 125 juta dolar AS rencana bantuan kepada UNRWA, yang selama berpuluh-puluh tahun telah dibayarkan untuk membantu pemenuhan kebutuhan medis dan pendidikan bagi para pengungsi Palestina.(Tmn)

sumber: poskota

Related posts

Leave a Comment