Sejarah Format Musik Mulai Phonautograph Hingga MP3

topmetro.news – Tahu kah Anda bahwa ternyata musik telah membawa kemajuan besar bagi dunia? Konsep penyimpanan dan pembacaan data pada sistim komputer yang ada sekarang ini berawal dari keinginan manusia untuk bisa merekam suara musik agar bisa didengar lagi, kapan dan dimana saja, tanpa harus mengumpulkan para pemain musiknya. Dari tujuan merekam suara, pada giliran perkembangan selanjutnya, konsep yang sama diaplikasikan pada penyimpanan data analog yang lalu berkembang menjadi data digital. Dan kini komputerlah yang sangat berperan dalam urusan rekam-merekam musik atau suara ini. Bagaimana perjalanan sejarah usaha manusia untuk merekam suara itu?

DIMULAI DENGAN PHONAUTOGRAPH

Sebagimana dikutip dari wikipedia, sejarah teknologi perekaman suara dimulai saat Edouard Leon Scot membuat ‘phonautograph’ di Perancis. Sebenarnya alat ini dibuat untuk menggambarkan karakteristik dari suara. Tapi kemudian Edouard menyadari, ternyata suara yang didapat bisa dianalisa dan didengarkan kembali sebagai rekaman suara. Setelah ‘phonautograph’ lebih disempurnakan lagi pada tahun 1860, alat ini pun dianggap sebagai penerapan teknologi perekaman suara yang pertama dalam sejarah.

Pada tahun 1877, Thomas Alfa Edison menyempurnakan ‘phonautograph’ agar suara yang terekam bisa diputar atau didengarkan kembali. Maka dibuatnyalah alat yang disebut gramopon (phonograph) yang menjadi cikal bakal pemutar piringan hitam. Jika pada gramopon pemutar piringan hitam suara tersimpan pada lempengan bulat yang di sebut piringan hitam, gramopon buatan Edison ini masih menggunakan silinder sebagai tempat peyimpan suara yang direkam.

PIRINGAN HITAM DAN KASET

Akhirnya pada tanggal 8 Nopember 1887, Emile Berliner membuat jenis penyimpan suara lain yang lebih praktis dari pada silinder yang digunakan oleh Edison, yaitu lempengan hitam berbentuk bulat tipis yang dikenal sebagai piringan hitam. Sebagai alat untuk memainkannya (memutarnya) masih menggunakan gramopon. Semula piringan hitam ini terbuat dari kaca, kemudian bahannya diganti dengan seng, dan akhirnya bahan seng diganti dengan plastik. Di kemudian hari, Emile Berliner bekerja sama dengan Elridge Johnson membuat gramopon yang dilengkapi dengan motor listrik, sehingga alat pemutar piringan hitam itu tidak lagi mengandalkan per yang harus diputar oleh tangan untuk memainkannya. Dengan segera gramopon menjadi pemutar musik yang sangat populer pada masa itu.

Ternyata mendengarkan musik dengan menggunakan gramopon masih dirasa kurang praktis. Tentu saja karena di samping piringan hitam yang dirasa cukup merepotkan untuk dibawa atau disimpan, permukaan piringan hitam juga bisa jadi aus jika terus menerus tergesek ujung jarum gramopon. Akibatnya suara yang dihasilkan bisa menjadi jelek.

Orang pun mulai mencoba membuat sesuatu yang lain sebagai penyimpan suara yang lebih baik dan praktis. Akhirnya diperkenalkanlah kaset (cassette). Semi Joseph Begun disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali menemukan konsep perekaman suara dengan menggunakan magnetik, cikal bakal kaset seperti dewasa ini. Pria ini telah menulis sebuah buku tentang ‘magnetic recording’. Kemudian dia juga orang yang pertama kali membuat ‘tape recorder’. Hingga akhirnya Philips, sebuah perusahaan di Belanda, memperkenalkan kaset (cassette) secara lebih meluas pada tahun 1963.

KEMUNCULAN CD

Era kejayaan kaset mulai memudar. Setelah beberapa tahun melakukan penelitian dan pengembangan akhirnya Philips pada tanggal 8 Maret 1979 memperkenal sebuah cakram optik digital penyimpan suara. Sebelumnya, pada bulan September 1976, Sony sudah terlebih dahulu memperkenalkan benda ini pada publik. Pada perkembangan selanjutnya benda ini lebih dikenal dengan sebutan ‘compact disc’ (CD). Jika pada piringan hitam penelusuran alur di permukaan piringan menggunakan jarum intan yang bisa menggores permukaannya, maka pada CD digunakan berkas sinar yang dipadatkan dan disebut laser (light amplification by stimulated emmision of radiation). Suara yang dihasilkannya jauh lebih baik dibanding piringan hitam dan kaset. Untuk penyimpanan suara dan gambar, orang pun membuat ‘laser disc’ (LD) yang kemudian disempurnakan menjadi VCD (video compact disc).

Pada gilirannya, cakram optik ini dibuat untuk kebutuhan penyimpanan data. Sedangkan untuk kebutuhan penyimpanan data dalam berbagai format dengan kapasitas yang lebih besar, dibuatlah DVD yang merupakan singkatan dari ‘digital video disc’, karena kegunaan awalnya memang untuk merekam gambar dan suara (film). Tapi ada juga yang mengusulkan agar namanya diganti menjadi ‘digital versatile disc’, karena memang bisa untuk menyimpan berbagai jenis data digital, bukan hanya video. Akhirnya disepakati digunakan nama DVD saja, tiga huruf yang bukan merupakan singkatan dari apa pun.

Dewasa ini orang menjadi lebih mudah memenuhi keinginan untuk mendengarkan musik. Tidak lagi memerlukan peralatan yang merepotkan untuk dibawa-bawa. Awalnya dipasarkannya ‘walkman’ untuk pemutar kaset, lalu ‘discman’ untuk pemutar CD. Tapi sekarang sudah tersedia ‘digital music player’ yang jauh lebih praktis, ukuranya jauh lebih kecil, lebih ringan, dan tentu saja lebih mudah dibawa kemana saja.

MP3 DIKEMBANGKAN

Itu diawali ketika Bernhard Grill, Karl-Heinz Brandenburg, Thomas Sporer, Bernd Kurten, dan Ernst Eberlein menemukan teknologi MP3. Teknologi kompresi suara ini telah dikembangkan sejak tahun 1977. MP3 (MPEG Audio Layer III) ini merupakan standard kompresi audio sehingga file suara yang dihasilkan bisa menjadi sangat kecil ukurannya tanpa kehilangan kualitas suara. MP3 merupakan bagian dari MPEG (Motion Picture Expert Group) yang menjadi standard untuk video dan suara menggunakan kompresi ‘lossy’, standar yang digunakan oleh ISO (Industrys Standard Organization) yang dimulai pada tahun 1992 dengan MPEG-1 standard. MPEG-1 adalah standard untuk kompresi video dengan ‘bandwitdh’ rendah. MPEG-2 adalah standard kompresi video dengan ‘bandwidth’ tinggi yang sesuai untuk digunakan pada teknologi DVD. Sedangkan MPEG Layer III atau MP3 hanya digunakan untuk kompresi audio saja. (TM-RED)

Related posts

Leave a Comment