PAN Pertimbangkan Prabowo dan Gatot, Gerindra: ‘Partai Hijau’ Merapat

topmetro.news – Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hanafi Rais meyakini, elektabilitas Prabowo dan Gatot Nurmantyo akan naik, kalau salah satunya sudah ditetapkan menjadi capres.

Dia membandingkan yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta, Anies Baswedan dinyatakan sebagai calon yang surveinya paling kecil. Bahkan banyak pengamat dan lembaga survei memprediksi mustahil menang. Kenyataannya malah menang telak.

“Gatot Nurmantyo juga sekarang surveinya kecil, tetapi siapa pun kalau sudah dinyatakan sebagai kandidat pasti akan naik surveinya. Karena ada kerja politik, kampanye, sosialisasi, mobilisasi,” kata Hanafi di Jakarta, Jumat (20/4/2018).

Pertanyakan Jokowi

Ia malah mempertanyakan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) sebagai incumbent. Elektabilitasnya terus turun, padahal mengklaim telah banyak melakukan kerja nyata.

“Trennya menurun. Itu pesan dari publik bahwa mereka menginginkan kebaruan kandidat. Mungkin suasana kebatinan publik ini yang ditangkap dengan baik oleh Gatot,” ujar putra pendiri PAN ini.

Saat ditanya apakah dengan demikian, PAN lebih memilih Gatot daripada Prabowo, Hanafi mengemukakan sebagian aspirasi kader PAN ke Gatot. Tetapi ada juga yang tetap Prabowo. Saat ini belum bisa diputuskan antara Prabowo dan Gatot karena masih sangat dinamis.

“Nanti kita putuskan sikap resmi di Rakernas PAN menjelang pencalonan presiden-wapres dengan mempertimbangkan aspirasi para kader,” tutup Hanafi.

Partai Hijau Segera Gabung

Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono mengklaim akan ada ‘partai hijau’ yang segera bergabung dengan Partai Gerindra. Ini menyusul partai lainnya yang disebutkannya sudah bergabung, yakni PKS dan PAN.

“Koalisi Gerindra, PKS, PAN sudah mantap. Tinggal ada tambahan partai hijau yang akan bergabung,” ujar Ferry, Kamis (19/4/2018).

Ia mengatakan, koalisi antara Gerindra PAN, dan PKS sudah relatif aman, kendati PAN masih akan memusyawarahkan aspek-aspek koalisi terlebih dahulu, termasuk soal wakil presiden.

Masih Rahasia

Untuk partai hijau yang dimaksud, pihaknya masih merahasiakannya. Dia mengklaim bahwa elektabilitas Jokowi semakin turun dan itu menjadi pertimbangan partai-partai yang sebelumnya mendukung Jokowi untuk lari.

Ia bahkan menyebutkan jika pihaknya sudab bertemu beberapa kali dengan ketua umum partai hijau yang dimaksud tersebut. “Kami tetap denahnya Gerindra, PKS dan PAN, tapi tetap membuka diri untuk partai-partai lain ikut bergabung dalam barisan. Makin mantap barisan kami ini,” pungkasnya.

Jika merujuk warna secara harfiah, saat ini ada tiga partai dengan logo warna hijau yang akan mengkuti Pemilu 2019, yaitu PPP yang sudah menyatakan mendukung Jokowi, PKB, dan PBB.

PKS Tak Rela

Gubernur DKI Anies Baswedan menempati peringkat tertinggi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto. Menurut hasil survei Cyrus Network (CN), Anies meraih 15,3 persen

Namun, apabila Gerindra dan PKS berkoalisi pada Pilpres 2019, PKS tak menginginkan Anies menjadi cawapres. Sebab, PKS mempunyai sembilan nama calon presiden serta cawapres.

“Relakah kalau sembilan capres/cawapres di-replace Anies? Kalau libat kondisi sekarang tidak rela,” kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, Kamis (19/4).

Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil Pemira PKS, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan paling tinggi dipilih kader PKS. Namun, bukan berarti Aher otomatis diajukan sebagai cawapres Prabowo.

“Kalau pakai logika publik, Pak Prabowo basis Jabar kuat, insentif elektoral sudah ada, justru perlu ambil dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Ada kajian seperti itu, itu dipertimbangkan Majelis Syuro,” ungkapnya.

Jokowi Unggul di Jabar

Pada kesempatan yang sama, politisi PDIP Maruarar Sirait mengklaim bahwa Presiden Jokowi mengungguli Prabowo di Jabar. Hal itu buah dari banyaknya pembangunan infrastruktur di Jabar. Di samping itu, Jokowi juga kerap berkunjung ke provinsi terbanyak penduduknya di Indonesia itu.

“Betul waktu 2014, Pak Jokowi kalah di Jabar dari Pak Prabowo. Tapi, kita sudah unggul tipis sekarang. Ini luar biasa, karena tadinya kalah telak sekitar 60-40,” kata Maruarar.

Dia menegaskan, posisi Jokowi secara politik baik di parlemen, rakyat dan elite, kini sangat kuat. Berbeda ketika menjelang Pilpres 2014.

“Sekarang jauh lebih kuat. Dukungan partai beda sekali kuatnya. Hubungan dengan tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, mahasiswa, kepemudaan, petani dan nelayan,” tegasnya.

Jangan Calon Tunggal

Dia berharap Pilpres 2019 tak diikuti satu pasangan saja. “Jangan satu calon. Saya doakan Pak Prabowo maju. Enggak bagus satu pasang,” imbuhnya.

Sementara itu, CEO CN Hasan Nasbi Batupahat mengatakan, Prabowo bakal menjadikan figur cawapres sebagai kartu truf untuk menurunkan Jokowi. Ditambahkan, Jokowi juga tentu terus memantau pesaingnya dalam pilpres. (TM-RED)

sumber: beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment