Jaga Stabilitas Nasional, Pertemuan Jokowi-PA 212 Diapresiasi

jokowi pa 212

topmetro.news – Seluruh pihak diharapkan mengapresiasi pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Persaudaraan Alumni 212 (PA 212). Silaturahmi itu membuktikan bahwa Jokowi menerima berbagai kalangan.

“Secara prinsip, semua pihak harus mengapresiasi. Beliau tidak ada dendam, tidak ada membedakan kelompok-kelompok masyarakat. Semua Beliau terima, termasuk kelompok 212 Beliau terima. Beliau dengar aspirasinya,” kata Mendagri Tjahjo Kumolo di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Rabu (25/4/2018).

Menurutnya, keluwesan Jokowi berkomunikasi menjadi suatu kelebihan. Tak setiap orang mempunyai kemampuan tersebut. Diungkapkan, Jokowi tentu menjelaskan informasi yang fitnah dan fakta, tanpa ditambah atau dikurangi.

“Tugas Presiden tidak hanya dalam konteks tata kelola pemerintahan maupun kenegaraan, tapi juga beliau berkeliling ketemu dengan semua pihak. Ingin mendengar aspirasi langsung tanpa lewat menteri A atau lewat menteri B,” ujarnya.

Dia menyatakan, pertemuan Jokowi dengan PA 212 sebaiknya tak dilihat dari pendekatan politik. Dikatakan, kunci atau makna pertemuan sebatas menjaga stabilitas nasional. Jokowi dinilai menginginkan agar proses Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2018 dan Pemilu 2019 berlangsung sejuk.

“Hal-hal yang sudah baik jangan diubah, belum baik disempurnakan. Beliau ingin merangkul bangsa ini, bangsa yang besar tapi harus satu, maka beliau ingin turun sendiri,” ucapnya.

Terbuka Dikritik

Dia menegaskan, pemerintah sangat terbuka dengan kritikan. Meski begitu, kritik yang dilontarkan sebaiknya mengedepankan etika dan sopan santun. “Kritik jangan asal bunyi. Tapi memang mengritik yang dianggap tidak benar atau ada kesalahan, kalau tidak paham minta penjelasan. Jangan asal nyinyir saja,” tegasnya.

Ditambahkan, fitnah dalam kritik sepatutnya dihindari. “Mengkritik dasarnya fitnah kan enggak benar. Dasarnya ujaran kebencian kan enggak boleh,” imbuhnya.

Untuk diketahui, Jokowi menerima PA 212 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (24/4/2018). Ada pun pengurus PA 212 yang hadir di antaranya, Al-Khaththath, Sobri Lubis, Usamah Hisyam, Slamet Maarif, dan Yusuf Marta.

“Mengenai pertemuan hari Minggu (24/4), saya kan hampir tiap hari kan, hampir tiap minggu kan, baik ke pondok pesantren, bertemu dengan ulama, juga mengundang ulama datang ke istana. Hampir setiap hari hampir setiap minggu,” kata Jokowi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (25/4/2018).

Menurutnya, semangat dalam sejumlah pertemuan, termasuk dengan Persaudaraan Alumni 212 yaitu menjalin tali silaturahmi. “Menjalin persaudaraan, menjalin ukhuwah kita, dalam rangka menjaga persaudaraan, menjaga persatuan, menjaga ukhuwah di antara kita,” ucapnya.

Dia menuturkan, sinergi antara ulama dan umaro dapat menyelesaikan banyak permasalahan serta persoalan di umat dan masyarakat. “Kita selesaikan bersama sama. Pertemuan kemarin secara garis besar arahnya pembicaraannya ada di situ,” tuturnya.

Pertemuan dengan PA 212 diawali salat dhuhur bersama. “Kemudian makan siang bersama, kemudian selesai,” pungkasnya.

Dukungan Moeldoko

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) TNI Moeldoko menanggapi pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Persaudaraan Alumni 212 di Istana Bogor, Jawa Barat. Moeldoko mengatakan Jokowi sebagai kepala negara memiliki kewenangan untuk bertemu dan merangkul siapa saja.

“Presiden sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala Negara memiliki kapasitas untuk berhubungan dengan siapa pun,” kata Moeldoko di Balai Prajurit Jenderal M Yusuf, Jalan Jenderal Sudirman Makassar, Rabu (25/4/2018).

Moeldoko mengatakan Jokowi selalu menjalin komunikasi dengan semua pihak, tanpa terkecuali. “Presiden selalu komunikasi dengan berbagai pihak. Mungkin kelihatannya oposisi ini, tapi Presiden tidak begitu, ayo siapapun mau komunikasi ayo,” terangnya.

Mantan Panglima TNI itu menambahkan sebagai satu bangsa yang besar sebaiknya hubungan antar warga selalu harmonis dan rukun. Jangan sampai karena pilkada dan pemilu kerukunan jadi terpecah.

“Dan kita bangsa satu keluarga satu saudara satu keluarga besar. Jangan karena pilkada dan pemilu jangan karena pilpres jadi berantakan. Satu keluarga jadi uring-uringan, satu tetangga jadi rusak hubungannya. Satu keluarga besar negara ini jangan menjadi pecah jangan,” ujarnya.

Terkait kesimpulan dari pertemuan Presiden Jokowi dan Persaudraan Alumni 212, Moeldoko menekankan, terlalu awal untuk diumumkan. “Tapi paling tidak terjalin komunikasi dengan baik dan harmonis dengan semuanya,” pungkasnya.

Paham Jokowi

Politikus PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menilai bahwa sebagian dari Persaudaraan Alumni (PA) 212 sudah paham soal sosok Jokowi yang bekerja dengan baik. Hal itu menjadi salah satu alasan pertemuan antara kedua belah pihak.

“Aku melihatnya sebagian dari mereka sudah paham bahwa Pak Jokowi is a good man (orang yang baik). Jokowi sedang bekerja sangat keras demi bangsa,” kata Eva Sundari, Rabu (25/4/2018).

Dengan begitu, posisi PA 212 sebagian sudah sadar dan merapat ke Jokowi, menurut Eva. Para tokoh PA 212 yang hadir saat bertemu Jokowi adalah mereka yang dekat dengan pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Shihab, yang kini masih berada di luar negeri.

Apakah ini pertanda pengakuan Rizieq atas kepemimpinan Jokowi? Menurut Eva, sejak awal semua orang, termasuk Rizieq, sudah mengakui Jokowi. Sebab sang presiden terpilih berdasar hasil proses demokrasi yang akuntabel.

Baginya, pertemuan itu dilihatnya sebagai hal yang baik, sebuah perkembangan yang baik. “Berarti ini kan mulai ada komunikasi politik‎,” imbuhnya. (TM-RED)

sumber: beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment