Menurut BPN, Kualitas Pendidikan Era Jokowi Buruk

kualitas pendidikan

topmetro.news – Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menilai, kualitas pendidikan di bawah Pemerintahan Jokowi selama hampir lima tahun terakhir sangat buruk. Program pendidikan vokasi tidak efektif dalam memangkas jumlah pengangguran di Indonesia.

“Alih-alih mencetak tenaga kerja ahli dan sesuai permintaan dunia industri. Lulusan pendidikan vokasi justru masih menjadi penyumbang angka pengangguran tertinggi,” kata Juru Bicara BPN Ledia Hanifa dalam acara pojok jubir ‘Anggaran Pendidikan vs Kualitas Angkatan Kerja Indonesia’ di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019).

Ia mengritisi Rezim Jokowi yang selama ini mensosialisasikan pendidikan vokasi, baik di SMA dengan SMK atau di perguruan tinggi. Faktanya, banyak lulusan program vokasi itu yang menjadi penganggur.

BACA JUGA | Rizal Ramli Kritik Jokowi, tetapi Puji Infrastruktur

Kualitas Pendidikan dan Pengangguran

“Sebetulnya berapa persen yang terserap langsung di pekerjaan? Pada kenyataannya 11 persen dari pengangguran itu adalah lulusan SMK,” jelas Ledia.

Menurutnya, tingginya angka pengangguran lulusan SMK menjadi indikator bahwa tidak ada kesinambungan antara sekolah dan dunia kerja. Hal itu terjadi lantaran pemerintah gagal menghadirkan guru-guru produktif yang memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

“Sejumlah persoalan di SMK karena tidak tersedianya cukup guru-guru produktif yang memberikan arahan dan pendidikan agar dia langsung diterima di dunia kerja,” tutur politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Dia menambahkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi ancaman di masa datang. Saat negara-negara lain menghadapi bonus demografi dengan memberikan pendidikan berkualitas kepada warganya, pemerintah justru absen dari dunia pendidikan.

“Angkatan kerja kita hanya akan menjadi pegawai-pegawai non-formal. Kalau kita bicara tentang bonus demografi, kita malah justru dikhawatirkan mendapatkan bencana demografi. Karena kualitas pendidikan yang masih sangat minim,” tutup Ledia.

sumber | beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment