Tiket Pesawat Mahal, Industri Pariwisata ‘Babakbelur’

Tiket pesawat mahal

Topmetro.News – Tiket pesawat mahal, merusak industri pariwisata. Tak cuma jumlah wisatawan yang turun, tingkat keterisian atawa okupansi hotel di daerah-daerah wisata otomatis bakal terpuruk terkena imbas akibat harga tiket pesawat mahal. Setidaknya ini efek jumlah penumpang pesawat yang merosot.

Tiket Pesawat Mahal, Kunjungan Domestik Turun

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), penumpang angkutan udara domestik sepanjang Januari hingga April tahun ini hanya 23,97 juta orang. Angka ini turun 20,5% dari periode sama tahun lalu mencapai 30,15 juta penumpang.

Menurut Arief Yahya, Menteri Pariwisata, Kamis (23/5/2019) silam sebagaimana dilaporkan KONTAN pihaknya menyayangkan kondisi itu. Kata dia, harga tiket pesawat mahal, sebenarnya sudah mulai sejak tahun lalu namun kian memburuk di tahun ini.

”Kami tahu, dunia penerbangan merupakan salah satu sektor vital di negeri ini. Jadi, ketika harga tiket pesawat naik, maka banyak sektor yang terdampak. Salah satunya adalah sektor pariwisata.”

Rusak Ekosistem Pariwisata

Dampak harga tiket yang mahal, menurut analisanya, bakal merusak ekosistem pariwisata kita. Hitungan kami, kenaikan harga tiket yang lebih dari 100% menyumbang penurunan industri pariwisata hingga 30%. Dengan jumlah wisatawan yang menurun, menurut data BPS, maka pendapatan pariwisata juga otomatis anjlok.

”Ketika harga tiket pesawat naik atau bahkan ganti harga, maka orang-orang akan berpikir dua kali untuk melakukan perjalanan wisata. Biasanya, mereka mengutamakan perjalanan mengunjungi keluarga atau pekerjaan dulu, baru setelah itu pariwisata. Nah, kalau sekarang, dengan tingginya harga tiket pesawat, mereka saja kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti urusan keluarga dan pekerjaan.”

Terima Laporan Kunjungan Wisata

”Kami juga sudah mendapat keluhan dari sejumlah kepala daerah lantaran terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah mereka, mulai dari Aceh, Medan, Batam, hingga Pekanbaru. Ada juga di Lombok, okupansi hotel merosot tajam. Padahal, enam bulan usai bencana gempa bumi menimpa Nusa Tenggara Barat, industri pariwisata di wilayah tersebut mulai kembali bergeliat. Eh, tiba-tiba ada bencana baru yaitu kenaikan harga tiket pesawat. Turun lagi okupansi di Lombok dari yang sudah mencapai 50% jadi 30% saja.”

Maskapai tak Bisa Dipaksa

Diakui, pihaknya tak punya wewenang untuk memaksa maskapai terkait harga tiket, ini wilayahnya Kementerian Perhubungan. Hanya, sambung Menteri, untuk penerbangan dengan kelas pelayanan penuh atau full service bisa menggunakan tarif batas atas 100%. Sedangkan kelas ekonomi dan low cost carrier (LCC), lanjutnya, seharusnya tidak mendekati tarif batas atas.

”Kalau kelas pelayanan penuh seperti Garuda Indonesia tentu bisa menggunakan tarif batas atas full. Tapi, penerbangan kelas ekonomi dan LCC harus diturunkan lagi 30%. Semoga, Menteri Perhubungan bisa turunkan lagi batas atas.”

baca juga | YLKI: TEKAN HARGA TIKET PESAWAT SEMURAH MUNGKIN

Seperti disiarkan Topmetro.News sebelumnya, harga tiket pesawat hingga kini masih ‘mencekik leher’. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ikut bersuara terkait dengan mahalnya tiket pesawat domestik itu. Seperti diketahui, harga tiket pesawat belum juga mengalami penurunan sejak akhir tahun lalu.

Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI menuding adanya permainan kartel yang berupaya menaikan harga tiket pesawat. Maskapai, sebut Tulus Abadi, dilibatkan untuk melakukan kesepakatan untuk menaikan harga tiket domestik.

Kendati begitu, pihaknya menunggu penyelidikan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait dugaan kartel tarif tiket itu.

“Apakah kita tekan terus agar tarif pesawat turun semurah mungkin. Jadi tunggu saja hasil penyelidikan KPPU terkait dugaan kartel tarif,” ujarnya, Rabu (20/3/2019) lalu.

Reporter | Jeremitaran

Related posts

Leave a Comment