Satu Tahun Kepemimpinan Eramas, PDAM Berbenah Diri

satu tahun masa kepemimpinan Eramas

topmetro.news – Pada 7 September 2019 yang lalu, genap enam bulan bagi Dirut Trisno Sumantri dkk memimpin PDAM Tirtanadi Sumut. Pada September 2019 ini pula, genap satu tahun masa kepemimpinan Eramas (Pemerintahan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah).

Lalu apa yang sudah dikerjakan Trisno Sumantri dkk dari sisi pelayanan air minum untuk menunjukkan bagi masyarakat bahwa Sumut Bermartabat yang digaungkan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah tidak sekedar jargon semata?

“Kami tidak diam,” tegas Trisno memulai perbincangannya dengan para awak media di ruang rapat direksi Lantai 2 Kantor Pusat PDAM Tirtanadi, Jalan Sisingamangaraja Medan, Senin (23/9/2019) menjelang maghrib.

Trisno yang saat itu didampingi Direktur Air Minum Joni Mulyadi, Direktur Air Limbah Fauzan Nasution, Kepala Sekretaris Perusahaan Jumirin, serta Kabid Publikasi dan Komunikasi Oktavia Anggraini, menjelaskan lebih lanjut maksud pernyataan tidak diam tersebut.

Dijelaskannya beberapa hal untuk peningkatan kapasitas produksi air Tirtanadi. Saat ini Tirtanadi punya penyertaan modal Rp73 miliar untuk mendongkrak kapasitas produksi. Pencairannya diupayakan dengan melibatkan semua entitas. Seperti pihak kejaksaan untuk mendapatkan legal opinion, termasuk meminta masukan dari BPK.

Kapasitas Produksi Air

Tirtanadi, ujar Trisno, melakukan sinergi dengan investor untuk peningkatan kapasitas produksi 500 liter/detik dan 1.500 liter/detik. Saat ini sinergi itu berproses agar berjalan sesuai rencana dan tujuan perusahaan dan agar berjalan sesuai ketentuan.

Menurutnya Tirtanadi tidak asal menggandeng investor karena harus dipastikan sama-sama berniat bagus membangun Sumut dari sektor air minum. “Banyak juga dari pihak-pihak lain yang menawarkan sistem hibah. Tetapi harus kita pelajari kembali,” sebut Trisno.

Disebutkannya koordinasi-koordinasi aktif dilakukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Khususnya yang menangani air minum dan air limbah, yakni soal dana-dana hibah yang bisa dibawa ke Sumut.

“Pengajuan-pengajuan kita, lalu direspon baik oleh Kementerian PUPR. Antara lain hibah pasang baru, hibah pembiayaan, dan banyak hal. Alhamdulilah ini yang selalu kita giring untuk meningkatkan kinerja kita,” sebut Trisno.

Soal tingat kebocoran (losses) air Tirtanadi yang saat ini mencapai 30% dari kapasitas produksi 6.400 liter/detik, menjadi salah satu fokus. “Kebocoran juga butuh investasi yang tidak sedikit. Kebocoran 30%, ini ibarat WTP (water treatment plant/instalasi pengolahan air) yang baru. Ini yang harus kita kelola,” sebutnya.

Pengelolaan Air Limbah

Tidak hanya soal pelayanan air minum, Tirtanadi, jelas Trisno lebih lanjut, juga fokus untuk air limbah. Salah satunya adalah soal limbah rumah tangga yang disedot lalu diolah menjadi air bersih. Saat ini Tirtanadi memiliki pengolahan limbah rumah tangga di kawasan Cemara, Deli Serdang.

Karenanya, program 100-0-100 SDGs, yakni 100% melayani air, 0% pemukiman kumuh dan 100% untuk sanitasi, tetap menjadi sasaran Tirtanadi ke depan. “Ini bolak-balik ke Jakarta. Kalau kita diam, kita nggak dapat apa-apa. Kalau kita harapkan dari dana Pemprov Sumut bukan tidak ada. Tetapi kan harus dibagi rata (banyak program pembangunan yang harus dibiayai),” ujar Trisno.

Lalu dari sisi sumber daya manusia, Trisno menyampaikan keinginan pihaknya untuk mendapatkan SDM yang unggul. Tirtanadi melibatkan USU. Untuk kompetensi karyawan, dikerjasamakan dengan sebuah Yayasan Tirta Karya Perpamsi dan Akademi Tirta Magelang untuk pendidikan keairan.

“Nah saat ini kami kerjasama dengan pihak Telkom untuk tranformasi dengan sistem digitalisasi. Tirtanadi juga akan mendirikan museum air pertama di Indonesia dengan mengembangkan Menara Air Tirtanadi yang nantinya menjadi museum air pertama di Indonesia. Dan bahkan mungkin di ASEAN,” seraya menyebutkan visi misi Tirtanadi menjadi role model di bidang perusahan air minum Indonesia.

reporter | Erris JN

Related posts

Leave a Comment