topmetro.news – Pada 11 Februari 2020 nanti, akan genap 30 tahun pertarungan epik tinju dunia kelas berat antara Mike Tyson vs James Douglas. Pertarungan tersebut digelar di Tokyo Dome, Tokyo memperebutkan gelar juara kelas berat sejati.
Secara mengejutkan, Douglas yang dijuluki ‘Buster’ berhasil meng-KO Tyson di ronde 10. Itu merupakan kekalahan pertama bagi Tyson, yang di tahun tersebut dianggap tak mungkin kalah. Hasil duel Tyson vs Douglas menjadi sebuah kejutan yang sangat dikenang hingga saat ini.
Saat itu Douglas sama sekali tidak diunggulkan. Pasar taruhan di Las Vegas menunjukkan angka 42:1 untuk Tyson. Namun hasil di atas ring justru sebaliknya. Lantas bagaimana kabar kedua petinju kelas berat tersebut saat ini?
BACA | Ngebet Menang KO, Tyson Fury Harus Garang Siksa Deontay Wilder
Pelatih Tinju
Douglas yang saat ini berusia 59 tahun menetap di kota kelahirannya, Colombus, Ohio. Dia berjuang ketat menjaga kesehatan tubuhnya yang menderita diabetes parah. Douglas mengisi masa pensiunnya dengan melatih tinju untuk anak-anak di Thompson Community Center, Colombus.
“Saya sekarang berusaha melakukan semua hal yang baik. Beribadah dengan baik, mengonsumsi makanan yang baik, pokoknya melakukan semua hal baik. Dan itu membuat saya merasa baik-baik saja saat ini,” kata Douglas.
Douglas hanya delapan bulan menguasai gelar juara kelas berat. Dia kalah KO ronde 3 dari Evander Holyfield dalam upaya mempertahankan gelar untuk kali pertama di Las Vegas pada 25 Oktober 1990.
“Melegakan namun sekaligus mengecewakan. Karena semua kejayaan saya berakhir singkat. Namun saya bersyukur karena saat ini masih diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang membuat saya gembira, melatih anak-anak,” kata Douglas lagi.
Setelah kekalahan dari Holyfield, Douglas masih melakukan sembilan pertarungan lagi sebelum memutuskan pensiun pada 1999. Douglas menutup karier dengan torehan rekor 37-6-1 (24 KO).
Kemenangan mengejutkan James Douglas atas Mike Tyson dalam laga tinju dunia kelas berat di Tokyo 30 tahun lalu, oleh ESPN sudah didokumentasikan dalam film dokumenter berjudul ’42 to 1′, yang dirilis pada tahun 2018.
sumber | tempo.co
