Lobster Mutiara Jadi Kepingan Surga di Kecamatan Batahan.

Potensi kekayaan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) cukup banyak yang belum tereksplor. Salah satunya adalah di Kecamatan Batahan.

topmetro.news – Potensi kekayaan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) cukup banyak yang belum tereksplor. Salah satunya adalah di Kecamatan Batahan.

Kecamatan yang berada di Pantai Barat Pulau Sumatera ini kaya akan hewan-hewan berkomoditi nilai ekspor yang tinggi. Salah satunya adalah Lobster Mutiara (Panulirus Ornatus).

Anggota Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D) Kabupaten Madina Tri Utomo S PWK kepada wartawan, Jumat (17/3/2023), mengungkapkan, bahwa Lobster Mutiara di Kecamatan Batahan ini termasuk jenis terbaik.

Tri Utomo yang mendampingi Staff Khusus Bupati Mandailing Natal Bidang Ekonomi dan Pembangunan Irwan H Daulay menjelaskan, dari pantauan dan diskusi dengan nelayan bahwa banyak bibit-bibit Lobster Mutiara yang bisa mereka tangkap di sekitaran batu karang yang ada di Samudera Hindia.

“Para nelayan ini mendapatkan benih Lobster Mutiara di sekitaran Samudra Hindia. Setelah ditangkap, benih-benih ini dibesarkan di penangkaran. Kami akan segera merumuskan kira-kira bagaimana potensi kekayaan alam ini bisa mensejahterakan para nelayan dan masyarakat di sana,” ucapnya.

Dan menurutnya, potensi lobster di Kecamatan Batahan ini sudah menjadi pembicaraan bagi tokoh-tokoh nasional masyarakat Madina di Jakarta. Ia mencontohkan ungkapan dari salah satu tokoh sekaligus pengamat ekonomi, Faisal Basri, dalam dialog pembangunan daerah Kabupaten Madina serta temu ramah di Hotel Borobudur, beberapa waktu lalu.

“Pak Faisal Basri contohnya. Ia mengatakan potensi lobster di Batahan ini sangat baik. Harus bisa kita kembangkan. Kita akan segera jajaki ke Kementrian Kelautan dan Perikanan, agar bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kecamatan Batahan ini,” ungkapnya

Alumni Institut Teknologi Sumatra (ITERA) Lampung ini mengatakan, untuk awal, Tim TP2D akan segera berkoordinasi dengan pihak Kementrian Kelautan dan Perikanan.

“Kita juga akan berusaha mendatangkan ahli-ahli untuk memberikan pengetahuan kepada nelayan di Batahan ini tentang pengembangan lobster ini,” tegasnya

Nelayan Tradisional

Apa yang disampaikan oleh anggota TP2D termuda ini langsung diaminkan oleh Camat Batahan Irsyal Pariadi. Menurut Irsyal, habitat Lobster Mutiara di kawasan pantai barat memang sangat banyak. Hanya nelayan-nelayan di kawasan pantai barat khususnya Pulau Tamang masih mengusahakannya secara tradisional.

“Proses pengembangan Lobster Mutiara ini bagi nelayan kita masih secara tradisional. Sehingga hasil dari pengembangan ini masih tergolong kecil. Saya bersyukur jika Tim TP2D sudah melirik pengembangan Lobster Mutiara ini sebagai salah satu dari banyak program,” ungkap mantan ajudan Bupati Madina tahun 2010-2012 ini.

Menurut Irsyal, banyak potensi di Kecamatan Batahan yang masih belum tergali. Salah satunya adalah potensi pariwisata. Ia mencontohkan, Pulau Tamang, yang merupakan kawasan pulau kecil di sekitar Samudra Hindia ini.

“Pulau Tamang ini, ada sekitar 81 kepala keluarga. Mayoritas memang nelayan, karena potensi ikan dan lobster cukup banyak di pulau ini. Semoga apa yang dilakukan Tim TP2D ini bisa segera terealisasi dan berjalan dengan baik,” jelasnya.

Pulau Tamang merupakan salah satu pulau di Kabupaten Mandailing Natal. Pulau Tamang ini, dulunya merupakan pulau penghasil cengkeh. Namun kini, karena pengaruh harga cengkeh yang tak menentu membuat masyarakat Pulau Tamang beralih menjadi nelayan.

Di sekitaran Pulau Tamang ini, ada tiga jenis habitat lobster. Salah satunya adalah Lobster Mutiara yang harganya sekitar Rp1 juta per kilogramnya. Selain Lobster Mutiara, ada juga Lobster Bambu, dan Lobster Pasir. Namun untuk harga jual, kedua lobster ini tidak setinggi harga Lobster Mutiara.

reporter | Jeffry Barata Lubis

Related posts

Leave a Comment