Topmetro.News – Pengolah limbah sawit, kini teknologinya sedang dibutuhkan para pengusaha kelapa sawit. Setidaknya pengusaha kelapa sawit menyambut positif tawaran teknologi pengolah limbah sawit di pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) dari Jepang. Bahkan tahun ini sudah ada tiga perusahaan sawit di Indonesia yang menyatakan berminat menggunakan teknologi pengolah limbah sawit bernama Novel Algae hasil inovasi Universitas Tsukuba di Jepang itu.
Pengolah Limbah Sawit Butuh Investasi Rp 7 Juta Dolar AS
Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mengatakan, ketiga perusahaan yang sudah berminat tersebut adalah PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Cargill Indonesia.
“Mereka sudah eager (berminat). Nanti tiga ini langsung komersial karena di Jepang sendiri sudah ada contohnya,” ujarnya, Jumat (24/5/2019) seperti disiarkan kontan.
Menurut Sahat Sinaga, teknologi Novel Algae ini berpotensi menjadikan Indonesia sebagai penghasil omega-3 terbesar di dunia.
Dongkrak Pendapatan Petani Sawit
Tak hanya dapat digunakan untuk bahan baku industri farmasi untuk pembuatan suplemen maupun bahan campuran beras, omega-3 nantinya juga dapat diekspor ke negara-negara lain.
“Jadi walaupun harga sawit sendiri rendah saat ini, tapi pendapatan petani tetap bisa tinggi karena ada potensi pengolahan limbah ini. Petani bisa dapat harga yang lebih bagus,” ujar Sahat usai acara.
Sahat Sinaga menggambarkan, dari produksi 45 ton kelapa sawit per jam biasanya dihasilkan sekitar 20% atau 9 ton CPO per jam.
Dari 9 ton CPO itu, paparnya, dihasilkan sebanyak 5,4 ton bi-liquid pal oil (BLPO) yang merupakan bahan dasar POME yang nantinya diolah dengan teknologi Novel Algae.
“Tinggal dihitung per harinya dikali 18 jam sesuai waktu operasional. Sangat besar itu,” pungkasnya.
Produsen Mulai Manfaatkan Teknologi
Dia memperkirakan, nilai investasi satu unit teknologi Novel Algae ini berkisar 6,5 juta Dolar AS hingga 7 juta Dolar AS.
Tahun ini, sebanyak tiga perusahaan produsen minyak kelapa sawit akan mulai memanfaatkan teknologi tersebut dan pengoperasiannya secara masif mulai tahun 2020.
Sementara itu, Darmin Nasution, Menteri Koordinator bidang Perekonomian menuturkan, kini pabrik CPO Indonesia memproduksi sekitar 455.000 ton POME per hari. Tahun 2030 mendatang, diperkirakan limbah POME yang mengandung polusi gas metana berbahaya ini akan mencapai 130 juta ton.
“Ini limbah besar yang dibebani ke lingkungan. Belum lagi CO2 dan efek berbahaya lainnya,” ujarnya yang dihubungi terpisah.
Padahal, lanjut dia, limbah POME itu dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan DHA yang berkualitas dan harga tinggi, seperti Omega-3.
Caranya, dengan media pengembangbiakan Teknologi Novel Algae hasil inovasi Universitas Tsukuba di Jepang.
baca juga | CANGKANG KELAPA SAWIT BERPOTENSI TAMBAH DEVISA, KATA APCASI
Seperti diberitakan Topmetro.News sebelumnya, cangkang kelapa sawit masih berpotensi untuk menambah penerimaan devisa negara. Penilaian potensi itu diungkapkan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI) yang menegaskan penguatan nilai Dolar AS atas Rupiah menjadi peluang bagi Indonesia untuk meraih devisa dari ekspor cangkang kelapa sawit.
“Sedikitnya ada 30 persen limbah berupa cangkang kelapa sawit yang belum bisa diekspor, padahal berpotensi menjadi Dolar,” kata Dikki Akhmar, Ketua APCASI, Senin (10/9/2018) lalu.
Dia menjelaskan cangkang kelapa sawit sebagai sumber bioenergi kini sangat diminati dan dibutuhkan di pasar Asia, terutama negara Jepang dan Thailand.
“Kebutuhan dalam negeri hanya 40 sampai 50 persen. Itupun terbatas untuk industri CPO nya sendiri, sedangkan untuk kebutuhan industri lain masih sangat minim, ada peluang besar untuk ekspor.”
Reporter | Jeremitaran