Belum Sempat Nikmati Kekayaannya Sendiri, Timor Leste di Ambang Jurang

Timor Leste

topmetro.news – Negara Timor Leste memperoleh kemerdekaan dari Indonesia tahun 1999, dan secara resmi melalui referendum tahun 2002.

Meskipun merdeka kurang lebih 20 tahun lamanya, negara ini terus mendapat sorotan karena ekonominya yang tak kunjung membaik.

Ladang minyak yang dikuasai Australia, hingga kesejahteraan masyarakatnya yang dianggap cukup buruk.

BACA JUGA | Arab Saudi, Negara Kaya Minyak dengan Utang Maha Dahsyat!

Harapan Timor Leste

Pada 29 Agustus 2016, negara ini melakukan proses rekonsiliasi PBB, mengambil tempat Den Haag, untuk menyelesaikan sengketa minyak dengan Australia.

Timor Leste berharap hal itu akan menyelesaikan kebuntuan, tentang sengketa batas laut yang kaya akan minyak bumi.

Kepentingan utama Timor Leste adalah mengamankan kepemilikan ladang gas Greater Sunrise.

Menurut New Mandala, minyak gas tersebut mendukung ambisi industri minyak yang selama ini dielu-elukan Timor Leste.

Strategi diplomasi ini dirancang menekan pemerintah Australia untuk tunduk pada pengadilan internasional mengenai penetapan batas.

Pada tahun 2002, Australia menarik diri dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan Pengadilan Internasional untuk instrumen arbitrase Hukum Laut.

Hal itu memaksa Timor Leste untuk bernegosiasi secara bilateral dalam konteks asimetri kekuatan yang signifikan.

Namun, strategi Timor Leste untuk membawanya ke Den Haag gagal untuk menghindari rintangan utama.

Perselisihan yang tidak bisa terselesaikan ini mencegahnya mencapai tujuan Greater Sunrise.

Tantangan kebijakan yang sebenarnya bagi Timor Leste adalah kerentanannya yang meningkat karena situasi ekonomi yang menurun dengan cepat.

Terus terang, Timor Leste kehabisan waktu.

Sekitar 95 persen dari anggaran Negara Timor Leste berasal dari pendapatan minyak dan gas dari Wilayah Pengembangan Minyak Bersama.

Kemudian juga merupakan sumber penghasilan sekitar 80 persen dari seluruh PDB Timor-Leste.

Pemantau ekonomi La’o Hamutuk memperkirakan bahwa ladang minyak Bayu-Undan akan berhenti berproduksi pada tahun 2022. Sementara dana kekayaan negara senilai 16 miliar Dollar AS dapat habis pada tahun 2025.

sumber | Sosok.ID

Related posts

Leave a Comment