Hebat! Kepala Desa Bangun Kantor Bak Hotel Senilai Rp 3,3 M, Ini Fotonya

kantor kepdes

TOPMETRO.NEWS – Wawan, seorang Kuwu (Kepala Desa) membuat gebrakan baru, Tak tanggung-tanggung, dia membangun kantornya senilai Rp3,3 miliar. Lantas duitnya dari mana?

Wawan Cipancuh, Kecamatan Haurgeulis, Indramayu, Jawa barat ini nekat merombak total kantor desanya dengan modelnya bak hotel mewah dengan segala fasilitasnya.

Wawan mengaku modal awal dari penjualan mobil pribadi sekitar Rp110 juta.

Dari uang itu, dia mulai merobohkan semua bangunan lama yang ada di pinggir Jl Jenderal Sudirman Haurgeulis itu.

Bentuknya memanjang ke belakang seperti kapal pesiar. Modern, unik, serta dihiasi ornamen klasik dan berciri khas daerah.

Gedung pusat pelayanan masyarakat ini diklaim sebagai kantor pemerintahan termegah se-Kabupaten Indramayu.

Kendati belum seluruhnya tuntas, fasilitas wah sudah terlihat di ruang kerja pamong desa. Juga di aula, sampai kamar mandi yang didesain layaknya hotel bintang lima.

Rencananya bakal dibangun pula berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Seperti halaman parkir luas, taman, sarana bermain anak, lapangan olahraga serta aula besar yang representatif untuk tempat pertemuan.

Kantor desa ini tak hanya menjadi kebanggaan penduduk setempat, tapi juga layak dijadikan ikon di Indramayu bagian barat (Inbar).

Tapi siapa sangka, rancangan dan desainnya bukan karya arsitek profesional. Melainkan ide dari Wawan sendiri.

“Ya saya desain sendiri, rancang sendiri. Banyak yang tidak percaya,” ucap suami Rismayanti ini, kemarin.

Tapi, bukan berarti Wawan asal main rancang. Dasar-dasar arsitektur sudah lama dikuasainya sejak masih duduk di bangku kuliah di Unisma, Bekasi dulu.

Kebetulan, bapak kosnya semasa kuliah berprofesi sebagai seorang developer atau pengembang proyek perumahan.

Dari bapak kostnya itu Wawan banyak belajar dan mempraktikkan ilmu yang didapat, termasuk menghitung rencana anggaran bangunan (RAB) dan sebagainya.

Nah, soal hitung-hitungan pembiayaan pembangunan inilah yang masih membuatnya keder. Sebab ketika berniat membangun kantor desa pada awal tahun 2015 lalu hanya bermodal awal duit hasil penjualan mobilnya sekitar Rp110 juta.

Lalu ditambah bantuan provinsi sekitar Rp200 juta, dan hasil lelang tanah titisara selama tiga tahun sejumlah Rp290 juta.

Beberapa kali proses pembangunannya pun mandeg lantaran ketiadaan dana. Lalu dikebut ketika dia mendapat cukup modal untuk melanjutkan pekerjaan.

“Kalau ditanya uangnya dari mana saya juga bingung. Serius, saya sendiri lupa sudah habis berapa duit. Tapi rejeki ada saja. Insyaallah duit halal. Bukan korupsi, apalagi makan hak orang lain,” tegasnya.

Beruntungnya, ungkap dia, niatnya untuk memberikan karya terbaik bagi masyarakat Desa Cipancuh ini didukung banyak pihak.(tmn)

Related posts

Leave a Comment