Kata Djumongkas Hutagaol, Isu Limbah Mobil Listrik Hanya Soal Persaingan Bisnis

Praktisi senior angkutan kota di Medan, Djumongkas Hutagaol, menyebut, upaya kelompok tertentu mengangkat masalah limbah mobil listrik, hanyalah soal intrik bisnis.

topmetro.news – Praktisi senior angkutan kota di Medan, Djumongkas Hutagaol, menyebut, upaya kelompok tertentu mengangkat masalah limbah mobil listrik, hanyalah soal intrik bisnis.

Djumongkas menyampaikan hal ini kepada media, Kamis (31/8/2023), menanggapi beberapa hal terkait mobil listrik, mulai dari limbah baterai hingga harga unitnya.

Pertama, ia mempertanyakan kepada mereka yang anti mobil listrik, sebenarnya apa tujuannya? Siapa di belakangnya?

“Saya merasa aneh saja kalau ada kelompok yang mempersoalkan mobil listrik dengan mengangkat soal limbah. Dan yang jadi sasaran adalah baterai mobil listrik itu. Di sini saya tegaskan, semua kendaraan yang saat ini sedang melintas di jalan adalah bakal limbah semua. Semua komponen yang ada mulai dari baterai, ban, komponen metal, karet, plastik, dan sebagainya yang ada dalam mobil BBM saat ini, juga bakal jadi limbah semua,” katanya.

“Lantas kenapa mempersoalkan limbah mobil listrik? Bedanya di mana dengan mobil BBM? Apakah ini soal persaingan bisnis? Apa ada makelar BBM internasional yang merasa bisnisnya terancam?” tanyanya lagi.

Djumongkas yang akrab dengan sapaan JH ini menyebut, di era teknologi tinggi saat sekarang ini, persoalan limbah bukan masalah besar lagi.

“Sebagaimana saya sebut di atas, sejak kendaraan diciptakan, sudah menimbulkan limbah. Tapi saat ini coba kita lihat. Pengolahan limbah sudah sedemikian maju. Hampir semua komponen bisa didaur ulang. Termasuk tentunya limbah mobil listrik, termasuk komponen baterainya,” kata Djumongkas.

Tapi sebaliknya, kata JH lagi, setinggi apa pun teknologi, tidak bisa mengembalikan sumber daya alam seperti BBM. “Semua akan habis dan teknologi tidak bisa menahan apalagi mengembalikannya. Artinya yang berpikir soal limbah kendaraan, mesti juga berpikir soal SDA. Kecuali memang kalau di belakang mereka adalah makelar BBM, serta tidak perduli kebersihan udara,” tandasnya.

Perkembangan Harga

Soal harga mahal, Djumongkas lantas mengingatkan, bagaimana saat pertama dulu HP muncul. Kemudian berkembang ke BlackBerry hingga Android.

“Setahu saya, saat pertama kemunculan teknologi itu, harganya sangat mahal. Pembeli sangat terbatas. Mungkin terkait dengan pengembangannya. Tapi sekarang kita lihat. Android sudah murah dan jadi barang biasa kan?” ulasnya.

Untuk itu operator angkutan massal Trans Metro Deli ini sangat mendukung keberadaan kendaraan listrik, termasuk bus.

“Tentu saja kita dukung, apalagi untuk angkutan massal. Dan khusus untuk Kota Medan akan kita mulai dengan 30 persen dulu bus dengan tenaga listrik. Kemudian akan berkembang hingga 100 persen. Ini harus terwujud demi kenyamanan konsumen dan udara yang lebih bersih,” tutupnya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment