Petani di Samosir Meradang, Tanaman Padi Terancam Gagal Panen

Petani Samosir Meradang

topmetro.news – Petani di Samosir meradang. Pasalnya kemarau berkepanjangan mengakibatkan puluhan hektar lahan padi di daerah itu terancam gagal panen. Daerah sentra produksi padi yang terancam gagal panen itu meliputi Desa, Panampangan, Desa Pardugul, Desa Parlondut dan Desa Parsaoran.

Bupati Samosir Rapidin Simbolon sudah turun ke lapangan, meninjau kondisi pertanian di Desa Panampangan, didampingi Kepala Dinas Pertanian Erkanus Simbolon, Camat Pangururan Krimson Malau, Kepala Desa Panampangan Ricat Sigiro, dan memberikan 5 unit pompa air untuk mengatasi kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian Erkanus Simbolon ketika monitoring ke lahan pertanian padi di Desa Panampangan, selain memberikan 5 unit mesin pompa air, pihaknya memberikan bantuan berupa bensin, dan berharap semoga berhasil.

Kepala Desa Panampangan, Ricat Sigiro, menyampaikan, Bupati Samosir Rapidin Simbolon berpesan, agar dilakukan upaya mengatasi kekeringan, dan jangan sampai gagal panen. “Tidak hanya pompa, Bupati Rapidin Simbolon juga memberi Rp 1 juta membeli bensin untuk kebutuhan mesin pompa, dititipkan langsung ke SPBU. Bensin sudah kita angkut ke desa,” terang Ricat.

Ditanya tentang pompanisasi milik desa yang sudah lama tidak dioperasikan, Ricat mengatakan, mesin tidak beroperasi karena kondisi air Danau Toba yang sudah surut. “Pipa penyedot, tidak lagi sampai ke danau. Itu kendalanya. Kalau mesin tidak ada kerusakan,” kata Ricat.

Pipanisasi Persawahan

Upaya mengatasi kekeringan, lanjut Ricat, pada Musrenbang 2018, desa telah memprioritaskan pipanisasi persawahan bersumber dari APBDes Panampangan. “Kita rencanakan penanam pipa di tiga titik irigasi persawahan. Sehingga tahun mendatang, bila terancam kemarau, tidak lagi butuh selang air untuk pompa. Sudah melalui pipa,” jelas Ricat.

Namun begitu, sambungnya, itu masih sebatas prioritas hasil Musrenbang Desa. “Sampai saat ini, kita belum tahu pasti berapa besaran Anggaran Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) TA 2018. Jadi masih menunggu, apakah mampu dari sisi anggaran. Yang pasti sudah kita prioritaskan,” tutup Ricat.

Salah satu petani A Sanro Malau (65), warga Lumban Malau, Desa Panampangan, Kecamatan Pangururan mengatakan, sudah tidak ada harapan untuk panen.”Kalau hujan tidak turun lagi dalam seminggu ini, sudah pasti gagal panen. Kalaupun dipompa, hasil sudah minim. Sudah sangat terlambat penanganan, daun padi sudah mulai layu dan menguning. Ini masa membuahi,” tutur A Sanro Malau.

Dia menuturkan, sampai sejauh ini, biaya yang sudah dikeluarkan untuk pengolahan 3 rante lahan padi miliknya, mulai dari pengolahan, penanam, pemupukan, sudah mencapai Rp 1 juta. “Kita bersihkan rumput dalam padi ini sekarang, hanya sekadar menghargai uang dan tenaga yang sudah terbuang. Kalau hasil, kalaupun ada, sudah pasti sangat minim,” ujarnya.(TM-RED)

Related posts

Leave a Comment