Dirut Inalum Bilang, Negosiasi Freeport Rumit!

Negosiasi-Freeport-Rumit

Topmetro.News – Dirut Inalum Budi Gunadi Sadikin mengakui proses divestasi saham PT Freeport Indonesia (FI) merupakan yang paling rumit. Pasalnya, transaksi divestasi saham perusahaan tambang itu memiliki karakteristik unik. Intinya negosiasi Freeport rumit! Jika biasanya transaksi divestasi terjadi terlebih dulu baru kemudian komitmen pendanaan dicari, menurut Budi, dalam kasus Freeport proses itu justru terbalik sehingga proses negosiasi freeport rumit.

Komitmen Pendanaan Ada, Tapi Transaksi Belum Terjadi

Budi menilai, sebenarnya komitmen pendanaan sudah ada, tapi waktu transaksinya yang masih belum terjadi. “Jadi transaksi dan negosiasi Freport rumit. Kalau gampang sejak 50 tahun lalu sudah terjadi,” keluhnya di Jakarta, awal pekan ini.

Kendati rumit, Budi menyatakan proses negosiasi kedua belah pihak mulai mengalami banyak kemajuan. Kemajuan terutama dicapai dalam perhitungan nilai divestasi dengan mengakuisisi 40% hak partisipasi Rio Tinto di Tambang Grasberg, Papua.

“Ini pengalaman selama 25 tahun saya menjadi bankir, negosiasi ini salah satu yang paling alot,” ujarnya.

Namun, menurut dia, hingga saat ini proses ini tetap berjalan sesuai dengan rencana awal. Salah satu hal yang membuat sulit adalah adanya saham ‘participating interest’ dari Rio Tinto terhadap Freeport, yaitu sebesar 40 persen.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno menyebut pembelian hak kelola atau Participation Interest (PI) Rio Tinto di PT Freeport Indonesia kini tengah masuk tahap finalisasi.

“Belum boleh. Kemarin bicara dengan Pak Budi (Dirut Inalum) karena kami masih dalam finalisasi untuk penandatangan ‘Head of Agreement’,” ujarnya.

Rini mengaku belum bisa banyak bicara soal upaya akuisisi saham PT FI (Freeport Indonesia) namun pihaknya optimistis proses penyelesaian akuisisi yang ditargetkan pada Juni 2018 akan tercapai. “Insya Allah masih bisa tercapai di Juni ini.”

Rio Tinto dikabarkan menjual hak partisipasinya di tambang Grasberg Freeport Indonesia (PTFI) kepada PT Inalum senilai US$3,5 miliar. Namun, Rini sendiri masih enggan berkomentar mengenai kabar tersebut. “Kan saya bilang nanti kalau kami sudah tanda tangan ‘head of agreement’ baru bisa bicara,” ujarnya.

Budi juga enggan merinci pencapaian yang telah dicapai selama proses negoisasi termasuk besaran nilai divestasi. Dia beralasan, terikat perjanjian kerahasiaan non disclosure agreement (NDA). “Saya menandatangani non disclosure aggrement. Kalau saya ngomong, saya masuk penjara. Namun, batu loncatan signifikan sudah terlampaui sekitar dua minggu yang lalu,” katanya.

Budi hanya mengatakan proses divestasi saham Freeport ke tangan Indonesia penting segera dilakukan. Pasalnya, kekayaan tambang yang dikelola Freeport saat ini sangat besar, menyimpan cadangan emas mencapai 1.187 ton dan cadangan tembaga 19,4 juta ton.

Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengungkapkan proses pengambilalihan saham itu melalui dua cara, salah satunya mengakuisisi 40% hak partisipasi participatin interest (PI) milik Rio Tinto.

Usai berhasil mengambil alih 40% hak partisipasi Rio Tinto dalam mengelola tambang Grasberg, pemerintah akan mengkonversinya menjadi saham di Freeport Indonesia. “Hak partisipasi 40% (milik Rio Tinto) sudah tahap final, sudah siap jadi saham,” ujarnya.

Proses pengambilalihan tersebut dilakukan oleh PT Inalum selaku induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pertambangan. Dengan demikian, proses ini di bawahi langsung oleh Kementerian BUMN.”Proses semuanya di Kementerian BUMN jadi satu,” imbuh Jonan.

Untuk sisanya, pemerintah akan mengakuisisi saham Freeport Mc Moran Inc di Freeport Indonesia sebesar 5,6-5,7%. Saat ini pemerintah baru memiliki saham Freeport Indonesia sebesar 9%. (tmn)

sumber: neraca

Related posts

Leave a Comment