Pilgub 2018: NasDem Berjaya, PDIP dan Gerindra Merana

pilkada serentak 2018

topmetro.news – Pemilihan gubernur telah digelar serentak di 17 provinsi dan hasil hitung cepat berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa Partai NasDem adalah yang paling banyak memenangkan kursi gubernur.

Menurut hasil hitung cepat yang dihimpun dari berbagai lembaga survei sampai pukul 17.00 WIB, Kamis (28/6/2018), tercatat para calon yang diusung NasDem menang di sedikitnya 10 provinsi. NasDem mengklaim menang di 11 provinsi, tetapi itu termasuk Papua yang masih belum tuntas karena masih sedikitnya suara yang masuk dan ada pemilihan di dua kabupaten yang ditunda.

Sebaliknya, menurut hasil hitung cepat juga, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pemenang Pemilu 2014 justru kalah di 11 provinsi. Kekalahan PDIP juga sebagian terjadi di lumbung suara mereka, seperti Jawa Timur dan Jawa Barat.

Catatan khusus untuk Jawa Barat, PDIP memiliki jumlah kursi terbanyak yaitu 20 kursi DPRD. Dan bahkan tidak perlu repot berkoalisi dengan partai mana pun ketika mencalonkan pasangan Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan.

Sapu Bersih Pulau Jawa

Sementara NasDem menyapu bersih pemilihan gubernur di Pulau Jawa, meskipun para kandidatnya bukan kader partai mereka. Di Jawa Barat, NasDem yang pertama mendeklarasikan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur. Tetapi hanya memiliki lima kursi sehingga harus merangkul dua partai lain untuk bisa maju pemilihan.

Partai Gerindra, tiga besar dalam Pemilu 2014, secara mengejutkan juga meraih hasil buruk pada pemilihan gubernur kali ini, relatif dibandingkan partai-partai ‘papan tengah’ seperti NasDem dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Partai yang dipimpin Prabowo Subianto ini tercatat hanya menang di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku.

Sampai pukul 23.59 WIB, Kamis (28/6/2018), hitung cepat Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Papua baru mencakup 15% dari seluruh tempat pemungutan suara (TPS) dan masih ada pemilihan yang ditunda karena sejumlah masalah.

Pada waktu yang sama, hitung cepat KPU di Maluku Utara mencapai 89%, tetapi hasilnya sangat tipis antara dua kandidat teratas. Abdul Gani Kasuba untuk sementara unggul 30,8% disusul Ahmad Hidayat Mus 30,37%, atau tak sampai 1 percentage point.

Cermin Kekuatan Jokowi

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu Partai NasDem Willy Aditya mengatakan, hasil Pilkada Serentak 2018 merupakan peta bayangan atas apa yang akan terjadi pada Pemilu 2019, terutama pemilihan presiden (pilpres).

“Pilkada 2018 ini tentu menjadi bayangan bagi parpol dalam menghadapi pemilu legislatif dan pilpres 2019 yang akan dihelat serentak. Poin positifnya adalah banyak calon yang diusung parpol pendukung Jokowi meraih kemenangan di beberapa daerah strategis,” kata Willy di Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Dikatakan, ketika menjatuhkan dukungan kepada calon kepala daerah, Partai NasDem menerapkan politik tanpa mahar. Artinya, dukungan diberikan atas dasar penilaian tim pemenangan pemilu, bukan besarnya uang mahar.

Kendati demikian, Partai NasDem selalu memberlakukan satu syarat kepada calon kepala daerah jika ingin didukung, yakni bersedia mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.

“Ini seperti yang ditekankan kepada calon gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang akhirnya unggul pada hitung cepat sejumlah lembaga survei. Tentu ini akan menjadi daerah basis yang diharapkan melapangkan Jokowi menang dua periode. Pemilu 2019 masih sepuluh bulan lagi dan politik suatu hal yang dinamis. Maka, sebagai barisan pendukung Jokowi, kita tidak boleh sombong,” kata dia.

Dimenangkan Kandidat pro-Jokowi

Dalam pilgub tiga provinsi di Pulau Jawa yang menjadi lumbung suara nasional, semuanya dimenangkan kandidat yang dikenal pro-Jokowi. Termasuk mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Ridwan, dan kader PDIP Ganjar Pranowo.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengatakan kemenangan Ridwan di Jawa Barat sangat bermakna bagi partainya. “Kalau dia kalah, yang paling kalah NasDem,” kata Paloh sembari menambahkan bahwa NasDem adalah yang pertama mendeklarasikan Ridwan sebagai calon gubernur.

Dia mengenang bahwa untuk mengusung Ridwan, Partai NasDem harus menjalin koalisi dengan partai lain. Namun, dengan kemenangan menurut hitung cepat ini, Paloh menegaskan tidak akan memaksa Ridwan menjadi kader partainya.

“Kita bebaskan dia untuk menjadi gubernur bagi seluruh partai politik,” kata Paloh.

Respons PDIP

PDI Perjuangan memang tak banyak berhasil dalam pilgub. Namun, di tingkat kabupaten/kota yang kurang terpantau quick count, dari laporan internalnya PDI Perjuangan‎ mengklaim menang di atas 50 persen.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa hasil pilgub di sejumlah daerah cukup menunjukkan hasil lumayan. Apalagi, ada beberapa daerah baru yang berhasil dimenangkan partai itu, seperti Maluku dan Sulawesi Selatan.

Menurut Hasto, dari sisi strategi termasuk untuk pemenangan Pilpres 2019, justru kemenangan di kabupaten/kota menjadi kunci. “Kalau menjelang Pilpres yang menentukan kan kabupaten/kota,” kata Hasto, Kamis (28/6/2018).

Diakuinya, ada berbagai permasalahan yang mereka hadapi di pilkada serentak kali ini. Di beberapa tempat seperti di Tulungagung, Jawa Timur, calon bupati yang mereka usung tiba-tiba dipersoalkan secara hukum oleh KPK. Untungya, kata dia, masyarakat tetap mendukung.

“Sehingga tetap dimenangkan,” imbuhnya. (TM-RED)

sumber: beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment