SBY Bantah Tawarkan AHY Jadi Cawapres Jokowi

sby prabowo

topmetro.news – Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantah, bahwa dirinya pernah menawarkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi Cawapres Jokowi.

Bahkan SBY meminta siapa saja untuk menanyakan hal itu, langsung kepada Jokowi. “Saya tidak pernah mengajukan ke Pak Jokowi. Tidak mengajukan cawapres dari Partai Demokrat, termasuk AHY. Silakan cek,” tegasnya, usai ketemu Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan, di kediamannya, Mega Kuningan Jakarta.

Dan sebaliknya, kata SBY, bahwa Jokowi pun tidak pernah menawarkan posisi cawapres kepada Partai Demokrat. Tapi presiden keenam itu mengaku, bahwa dalam pembicaraan antara dirinya dengan Jokowi, masalah koalisi pernah juga dibahas.

Menurut SBY, setiap mereka bertemu, dirinya selalu bertanya kepada Jokowi, apakah partai koalisi akan menerima, andai Demokrat bergabung. Yang menurut SBY, dijawab Jokowi, pasti bisa.

“Setiap kami bertemu Pak Jokowi, selalu saya bertanya ‘Pak Jokowi, apakah kalau Partai Demokrat berada di koalisi, partai-partai koalisi bisa terima kehadiran kami?’. Beliau jawab ‘ya bisa karena presidennya saya’,” ungkapnya.

Namun, kata SBY, meski intensif berkomunikasi selama setahun terakhir, akhirnya Partai Demokrat menutup kemungkinan gabung ke Koalisi Jokowi. Disebutkan, bahwa saat ini, Partai Demokrat sudah siap menjalin koalisi dengan Partai Gerindra.

“Ada hambatan bagi Partai Demokrat untuk berkoalisi (bersama Jokowi),” ucap Susilo Bambang Yudhoyono.

Batasi Ruang Gerak PKS dan PAN

Sementara itu, pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Prabowo Subianto dianggap telah membatasi ruang gerak PKS dan PAN. Apalagi jumlah suara Partai Demokrat dan Partai Gerindra sudah mencukupi untuk membentuk sebuah koalisi dan tak butuh partai lain.

Demikian disampaikan peneliti Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas, Kamis (26/7/2018).

Dengan situasi terbaru ini, kata Abbas maka PKS dan PAN, mau tidak mau harus mengikuti kesepakatan antara Partai Demokrat dan Partai Gerindra. Dan dalam hal ini, yang paling terjepit menurut dia, adalah posisi PKS.

“PAN mungkin masih punya peluang untuk tidak gabung. Sementara PKS sulit untuk tidak gabung karena tidak ada pilihan dan sejak awal sudah berada di oposisi,” sebut Abbas.

Abbas juga menilai, bahwa pertemuan SBY dan Prabowo sangat menguntngkan Partai Demokrat, karena menempatkan posisi mereka sebagai kunci, sekaligus menaikkan posisi tawar. Bahkan, menurut dia, SBY menjadi terkesan sebagai pemain utama.

Ada beberapa hal, yang menurut Abbas, membuat posisi Partai Demokrat semakin membaik. Di antaranya figur SBY yang merupakan mantan presiden dua periode serta masih punya pengaruh dan pengalaman.

Hal lain adalah, faktor jumlah signifikan suara dan logistik yang dinilai cukup kuat. (TM-RAJA)

Related posts

Leave a Comment