TOPMETRO.NEWS – Sejak lusa, 1 sampai 9 Maret mendatang, Raja Salman dari Arab Saudi dijadwalkan berkunjung ke Indonesia. Ini kunjungan yang bersejarah, mengingat sudah 47 tahun Raja Arab Saudi tak berkunjung ke Indonesia.
Pakar kajian Timur Tengah menilai, kedatangan Raja Salman tak terlepas dari permainan cantik politik Jokowi.
Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PSTTI) Universitas Indonesia (UI), Abdul Muta’ali, memandang agenda politik Raja Salman paling mutakhir tak bisa dilepaskan dari dinamika terkini yang terjadi di kancah internasional. Kini Saudi mulai memandang Amerika Serikat bukan lagi teman sejati satu-satunya.
“Saat ini sangat sulit bagi Saudi menjadikan AS sebagai special friend. Masalahnya bukan hanya karena Trump effects,” kata Abdul seperti disiarkan detik, sesaat lalu.
Presiden AS Donald Trump, kata dia, memang dikenal dengan kebijakan kontroversialnya, terlebih sikapnya terhadap negara-negara berpenduduk Muslim. Namun lebih dari itu, Saudi memandang Amerika bukan satu-satunya kekuatan di dunia ini. Kini telah bermunculan kekuatan-kekuatan baru di Timur Jauh.
“Geliat ekonomi Asia yang perlahan tapi pasti itu mengagetkan bukan hanya Amerika, tapi juga Eropa,” kata Abdul.
Memang, Raja Salman bukan hanya berkunjung ke Indonesia, namun juga berkunjung ke negara-negara Asia lainnya, yakni Malaysia, Brunai, Jepang, China, Maladewa dan Yordania.
Selain itu, Arab Saudi juga mempertimbangkan problem gejolak peperangan di Timur Tengah. Konflik di Suriah ternyata lebih rumit dari yang diperkirakan. AS dipandandang Saudi semakin sulit diandalkan, karena AS justru malah sibuk dengan masalahnya sendiri.
“34 Aliansi militer di bawah komando Riyadh (Saudi) nampaknya belum ampuh menggetarkan pemerintahan Bashar Al Assad yang dibekingi Teheran dan promotornya Rusia,” ujar Abdul.
Jadi ada tegangan antar kubu dalam konflik di Timur Tengah. Namun Indonesia yang kini dipimpin Presiden Jokowi mempertahankan politik bebas aktif, suatu prinsip politik yang sudah dipegang sedari Republik ini berusia belia. Jokowi sendiri juga mengunjungi Iran dan bertemu Presiden Hassan Rouhani pada pertengahan Desember 2016 lalu. (dt)