Keluarga Korban Pesawat Jatuh Berharap Jenazah Ditemukan

ethiopian airlines

topmetro.news – Keluarga korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET-302 berharap jenazah korban bisa segera ditemukan. Salah satu dari 149 penumpang yang meninggal dalam kecelakaan tersebut adalah seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Harina Hafitz.

“Harapan kami sekeluarga jenazahnya bisa ditemukan, itu yang paling penting,” kata adik Harina, Hari Lutfi Hafitz, di Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Harina (60) merupakan satu dari tujuh staf World Food Program, badan pangan di bawah PBB, yang menumpang pesawat itu. Menurut Hari Lutfi, Harina telah berdomisili di Kota Roma, Italia, selama puluhan tahun. Dia meninggalkan suaminya yang berkebangsaan Italia dan dua anak.

“Ini sudah suratan takdir, jadi kita sekeluarga pasrah aja, sudah kejadian kita mau apa lagi,” ujar Hari.

Hari juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan akses dan informasi mengenai Harina. “Alhamdulillah, teman-teman dari KBRI di Italia dan staf PBB di Italia juga membantu pemulangan kita dari lokasi kecelakaan di Addis Ababa,” imbuh Hari.

Pesawat dengan nomor penerbangan ET-302 itu menggunakan pesawat Boeing 737 Max-8 yang dioperasikan sejak November 2018. Saat jatuh, pesawat itu mengangkut 149 penumpang dan delapan awak.

Mereka dinyatakan meninggal dunia, termasuk 32 warga Kenya, 18 warga Kanada, sembilan warga Ethiopia, delapan warga Amerika Serikat dan seorang warga negara Indonesia.

BACA JUGA | Untuk Sementara, Kemenhub Larang Boeing 737 MAX 8 Terbang

KNKT Tawarkan Bantuan

Sementara, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menawarkan bantuan investigasi kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET 302 menyusul adanya korban Warga Negara Indonesia (WNI) dalam kecelakaan tersebut.

“Kami juga minta kirim email ke Ethiopian karena ada WNI satu yang meninggal. Kita harus menjadi expert. Di sana kita bisa meninjau lokasi, diskusi, kita juga cover mereka kalau mereka butuh bantuan. Kami siap bantu mereka,” kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, Selasa (12/3/2019).

Meski ada kemiripan kecelakaan dengan pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610, Soerjanto menegaskan bukan berarti penyebabnya sama. Menurut Soerjanto Tjahjono, diperlukan investigasi menyeluruh.

“Yang jelas untuk ketinggian, JT 610 itu kan sekitar 5.000 kaki. Kalau ini 800-1.000 kaki. Ketinggian bandara 7.200 kaki. Kalau Ethiopian 8.000 kaki, bandaranya 7.200. Berarti ini baru lima menit. Kami belum tahu karena pada ketinggian tersebut kasusnya apa belum tahu. Kalau disamakan JT 610 ketinggiannya kan berbeda,” kata Soerjanto Tjahjono.

Ethiopian Airlines ET-AVJ jatuh dalam penerbangan ke Nairobi dan mengakibatkan sebanyak 157 orang di dalamnya tewas, Minggu (10/3/2019). Pesawat ET-AVJ diketahui berjenis Boeing 737 MAX 8 atau sama dengan pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Laut Jawa dan menewaskan 189 orang di dalamnya.

Terdapat satu WNI yang tewas dalam kecelakaan tersebut, yaitu petugas PBB yang bekerja di Roma, Italia.

Akibat kecelakaan tersebut, sejumlah negara melarang pengoperasian Boeing 737 Max 8, seperti Tiongkok dan Singapura. Sementara Indonesia sudah menghentikan sementara 11 pesawat sejenis baik yang dimiliki Lion Air maupun Garuda Indonesia

sumber | beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment