Piton Mengincar Mangsa dan Cara Menghadapinya

TOPMETRO.NEWS – Peristiwa tragis terjadi di perkebunan kelapa sawit di Desa Salubiro, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Seorang warga bernama Akbar (25), yang hilang selama 24 jam, ditemukan telah tewas dalam perut seekor ular piton (Python reticulatus), seperti dikabarkan beberapa media kemarin.

Pada Minggu pagi, ayah dari dua orang anak itu diketahui pergi ke kebun miliknya untuk memanen kelapa sawit. Akan tetapi, hingga malam hari Akbar belum juga pulang dan warga pun bergegas mencarinya.

Senin (27/3) malam, sekitar pukul 22:00 WITA, warga menemukan seekor ular piton besar yang tampak diam di dekat kebun milik Akbar. Pada bagian perutnya tampak benda seperti sepasang sepatu.

Mereka lalu membunuh ular sepanjang tujuh meter tersebut, membedah perutnya, dan menemukan mayat Akbar di dalamnya.

Kejadian tersebut menjadi berita besar, bahkan beberapa media asing, seperti Daily Mail, Metro, dan BBC ikut mengabarkannya.

Sangat jarang terjadi seekor ular piton memangsa manusia. Situs Wikipedia mencatat insiden seperti itu setidaknya telah delapan kali terjadi di seluruh dunia, dua di antaranya di Indonesia.

Manusia, menurut Nia Kurniawan –ahli herpetologi (ilmu tentang amfibi dan reptil) dari Universitas Brawijaya, Malang–, bukanlah mangsa utama piton.

“Ular piton itu lebih memangsa babi hutan dan anjing hutan, yang lebih mudah ditemui daripada manusia. Itu kebetulan saja kali ini, antara habitat manusia dan ular sanca itu tumpang tindih, yang memungkinkan manusia dimakan oleh piton,” kata Nia kepada BBC Indonesia (29/3).

Bagaimana piton bisa menelan mangsa berukuran besar?

Menurut pemaparan Patrick T. Gregory, profesor biologi dari University of Victoria, kepada Live Science, karena tidak memiliki bisa, ular piton akan membunuh mangsa dengan menggigit lalu melilitnya hingga kehabisan napas. Baru kemudian mereka menelan mangsa tersebut.

Tidak seperti mamalia, ular memiliki rahang yang fleksibel karena tulang kuadrat yang menyatukan rahang atas dan bawah tidak tersambung secara rigid. Tulang itu bisa bergerak bebas secara vertikal maupun horisontal.

Rahang bawah bagian kanan dan kiri juga tidak tersambung dengan tulang seperti pada manusia, melainkan oleh jaringan ikat elastis sehingga kedua bagian itu bisa melebar.

Lalu, dibantu oleh gigi tajam yang mengarah ke belakang dan kelenjar ludah, mereka mulai memasukkan mangsa ke dalam perut dengan menggerakkan rahang bawah kiri dan kanan secara bergantian.

Sebuah lubang yang berada di bawah mulut membuat piton tetap bisa menghirup udara walau sedang menelan dan mencerna mangsa berukuran besar.

Setelah itu piton akan beristirahat untuk mencerna makanan tersebut. Semakin besar mangsanya, semakin lama waktu pencernaan yang dibutuhkan; bisa beberapa hari hingga beberapa pekan.

Kiat menghadapi ular piton

Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan jika berhadapan dengan ular piton sebesar itu?

Kepada Detik.com dan Kumparan.com, pengurus Sioux Indonesia dan Sioux Snake Rescue (SSR) –lembaga para penyuka dan konservasi ular–, memaparkan beberapa hal yang bisa dilakukan.

Ketua Sioux Indonesia, Aji Rachmat, menjelaskan yang mesti dilakukan jika berhadapan dengan ular adalah STOP — Silence (diam), Thinking (berpikir), Observation (mengamati), dan Prepare (bersiap).

Diam mematung menjadi amat penting karena ular mendeteksi gerakan.

“Ular itu nggak bisa melihat jelas, dia mendeteksi suhu yang ada di sekitarnya, paling umum ular itu mendeteksi gerakan. Kalau lihat ular kita diam saja, dia nggak tahu,” jelas Kisut Kisin, Pelaksana Umum SSR. “Ular menyerang atas dasar provokasi, yakni gerakan secara tiba-tiba.”

Sambil diam, kita berpikir (thinking) apakah ia akan menyerang atau hanya lewat. Lalu mengamati (observation) benda-benda di sekitar kita untuk mencari apakah ada benda yang bisa dipakai menghadapi ular tersebut (prepare).

Sementara Nia Kurniawan menambahkan, jika sudah dililit, kita sebaiknya jangan berontak karena lilitannya akan semakin kencang.

“Kalau kita pura-pura lemas, bisa seketika itu ada kemungkinan lolos,” kata Nia.

Menurut Reptile Database, ada 41 spesies dalam keluarga pythonidae yang hidup di dunia, sebagian besar ada di kawasan Asia bagian selatan –termasuk Indonesia–, Australia, dan Oseania.

Ular tersebut suka hidup di kawasan hutan hujan yang basah namun tetap hangat. Mereka biasanya tinggal di dahan pepohonan, retakan batu, atau gua.

Akan tetapi, karena sebagian besar tempat mereka tinggal sudah dijadikan pemukiman atau perkebunan, piton jadi mulai terbiasa tinggal di dekat kawasan urban atau perkampungan tersebut.(TMN)

Related posts

Leave a Comment