Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandi Klaim Bawa Bukti Menghebohkan

perbaikan berkas

topmetro.news – Tim Kuasa Hukum Paslon 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menyambangi Kantor Mahkamah Konstitusi (MK) untuk melakukan perbaikan berkas permohonan perkara sengketa hasil Pilpres 2019.

Tim Kuasa Hukum Paslon 02 yang dipimpin Bambang Widjojanto dan Denny Indrayana itu langsung diterima staf MK saat memberikan perbaikan berkas. Dalam kesempatan tersebut, Bambang menjelaskan bahwa kehadirannya ke kantor MK mengacu pada Peraturan MK. Terutama peraturan MK Nomor 4 Tahun 2019 dengan menggunakan hak konstitusional untuk melakukan perbaikan berkas.

“Menurut aturan PMK Nomor 4 Tahun 2019, pasal 10 ayat 1 dan ayat 3, setelah permohonan diperbaiki, diregistrasi baru boleh diupload. Itu pasalnya begitu. Dan kami mengusulkan untuk mengikuti Peraturan MK. Jadi, Insya Allah teman-teman bisa mendapatkan permohonan yang sudah direvisi melalui laman MK setelah permohonan perbaikan itu diregistrasi,” kata Bambang di Kantor MK, Jakarta, Senin (10/6/2019).

BACA | Wacana Pembubaran Koalisi Dapat Sorotan Berbagai Pihak

Perbaikan Berkas

Selain itu, Bambang juga menjelaskan bahwa dalam perbaikan berkas itu pihaknya membawa bukti yang menghebohkan. Yakni Paslon 01, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dapat didiskualifikasi lantaran telah melanggar peraturan.

“Salah satu yang menarik, kami memasukkan salah satu argumen yang menurut kami, harus dipertimbangkan baik-baik. Karena ini bisa menyebabkan Pasangan 01 itu didiskualifikasi,” tutur Bambang.

Sebab, lanjut Bambang, dari awal pendaftaran capres dan cawapres hingga saat ini, Cawapres Nomor Urut 01 yakni Ma’ruf Amin masih terdaftar sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah pada dua bank milik pemerintah. Yakni PT BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri.

“Pasal 227 huruf p UU nomor 7 tahun 2017 menyatakan, seorang calon atau bakal calon dia harus menandatangani satu informasi atau keterangan. Di mana dia tidak boleh lagi menjabat satu jabatan tertentu ketika dia sudah sah mencalonkan. Nah, menurut informasi yang kami miliki, Pak Calon Wakil Presiden (Ma’ruf Amin), dalam laman BNI Syariah dan Mandiri Syariah, namanya masih ada. Dan itu berarti melanggar pasal 227 huruf p,” ungkap Ketua Tim Kuasa Hukum BPN itu.

“Karena seseorang yang menjadi calon presiden atau wakil presiden harus berhenti sebagai karyawan atau pejabat dari BUMN. Kami cek itu berulang kali. Dan kami memastikan dan meyakini kalau itu yang terjadi ada pelanggaran yang sangat serius,” tuturnya menambahkan.

Bambang mengatakan, perbaikan permohonan mengandung sejumlah argumentasi utama serta bukti-bukti pendukung. Di antaranya video, dokumen surat, termasuk di antaranya form C1, dan bukti pendukung lainnya.

Kualitatif dan Kuantitatif

Lebih jauh Bambang menambahkan argumentasi hukum yang diajukan adalah kualitatif dan kuantitatif. Dalam argumen kualitatif, tim kuasa hukum mendalilkan Paslon 01 Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin melakukan kecurangan pemilu (electoral fraud) bersifat TSM. Yaitu penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Juga penyalahgunaan sumber daya dan sumber dana negara (misuse of state resources).

“Dengan menggunakan posisinya sebagai presiden petahana, Paslon 01 menggunakan semua resourses. Sepintas tampak biasa dilakukan berdasarkan hukum sehingga terkesan absah. Akan tetapi bila dikaji lebih dalam terlihat tujuannya adalah mempengaruhi pemilih memenangkan Pilpres 2019,” kata Bambang.

Bambang merinci terdapat lima bentuk kecurangan yang dilakukan Paslon 01. Yakni penyalahgunaaan APBN dan program kerja pemerintah. Lalu penyalahgunaan birokrasi dan BUMN. Kemuian ketidaknetralan aparatur negara seperti polisi dan intelijen. Pembatasan kebebasan media dan pers. Serta diskriminasi perlakukan dan penyalahgunaan penegakkan hukum.

“Kecurangan TSM adalah pelanggaran yang sangat prinsipil dan mendasar atas amanah pemilu jurdil, sebagaimana diamanahkan berdasarkan Pasal 22E Ayat 1 UUD 1945,” tuturnya.

Terkait argumen kuantitatif, Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandi melihat, penggelembungan suara dan pencurian suara hampir merata di 34 provinsi Indonesia. Akan tetapi jumlah yang cukup masif terjadi di Pulau Jawa.

“Pencurian dan penggelembungan suara dijalankan melalui DPT siluman, manipulasi dokumen C1, dan manipulasi entry data Situng. Dengan dokumen dan saksi yang kuat itu kami yakin akan memenangkan gugatan sengketa hasil Pilpres,” tandasnya.

sumber | beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment