Pendidikan Rendah Menjadi Faktor Utama Aceh Singkil Termiskin

Mutu pendidikan

topmetro.news – Mutu pendidikan menjadi kendala terbesar lemahnya SDM di Indonesia, khususnya Aceh Singkil. Sehingga mengakibatkan gelar predikat termiskin terus disandang Kabupaten Aceh Singkil.

Bagaimana tidak. Dari hasil riset pada tahun 2015 sampai dengan 2017 oleh BPS, yang menjadikan miskinnya suatu daerah adalah mutu pendidikan rendah. Dan Aceh Singkil salah satunya.

Ternyata dana yang dialokasikan sebesar 20% dari APBN, APBK, Otsus dan lain lain di sektor pendidikan, tidak menjamin kualitas.

Dari sumber media tahun ini, dana pembangunan fisik di Dinas Pendidikan Aceh Singkil mencapai Rp40 milar lebih. Mulai dari DAK, PUPR, Otsus dan APBK.

Konfirmasi topmetro.news kepada Kepala SMPN 1 Singkil Miswar, mutu pendidikan di Aceh Singkil memang kurang. Belum bisa bersaing dengan sekolah di luar daerah. Hal ini karena masih banyak kepala sekolah tidak mengikuti pendidikan calon kepala (Cakep).

Ia menambahkan, anak didiknya hanya bisa menang kompetisi di tingkat kabupaten dan kalah pada saat di tingkat provinsi. “Kami terus berusaha keras agar para anak didik kami ini bisa ‘go internasional’. Namun degan catatan harus didukung penuh oleh semua pihak,” katanya.

“Maka dunia pendidikan harus didukung oleh semua pihak agar mutu pendidikan kita bagus. Selain itu seorang profesi guru (struktural) tidak boleh pindah ke pemerintahan (fungsional). Kalau yang bersangkutan meminta jangan diberi karena basic-nya memang guru,” tambah Miswar.

Sekolah Minim Murid

Dari hasil pengamatan wartawan di lapangan, masih banyak sekolah minim murid. Akibatnya banyaknya RKB (ruang kegiatan belajar) yang kosong dan pada akhirnya hancur sia-sia.

Salah satu contoh seperti SMPN 2 Singkil. Banyak ruangan mulai dari kelas, musholla, rumah dinas guru hancur karena tak terpakai. Serta juga berkaitan dengan semakin banyaknya sekolah baru dibangun.

Bayangkan saja di Kecamatan Singkil sedikitnya ada enam SMP dibangun baik oleh pusat, pemda, maupun swasta. Seharusnya cukup hanya tiga saja sekolah berada di kecamatan itu, mengingat murid yang lulus SD tidak terlalu banyak.

Hal ini membuat Azmi (mantan anggota DPRK dan mantan Bupati Aceh Singkil) menyoroti pola pikir dinas pendidikan dalam mengembangkan SDM yang kurang. Bahkan lebih memprioritaskan dana pendidikan ke pembangunan fisik dari pada ke mutu pendidikan itu sendiri.

“Dana yang dialokasikan sebesar 20% dari APBN, APBK, Otsus dan lain lain cenderung hanya diprioritaskan untuk pembangunan fisik saja. Padahal menurut saya, untuk pembangunan sekolah di Aceh Singkil ini sudah cukup. Yang kurang saat ini dan menjadi perhatian kita bersama ialah mutu pendidikannya,” ucap Hazmi.

“Karena mutu pendidikan adalah salah satu faktor penentu akan sejahteranya suatu daerah. Kalau mutu pendidikannya itu terpuruk, maka Aceh Singkil tidak akan bisa lepas dari predikat miskin se-Indonesia dan khusunya se-Aceh,” tegasnya.

Masih banyak bangunan layak. Namun itu sengaja dibongkar agar bisa dibangun lagi. “Seperti contoh pada SD Negeri 1 Singkil. Saya bersusah payah menjemput bola pada saat saya memimpin Aceh Singkil dulu untuk pembangunan SD Negeri Romania dengan anggaran 1,5 milyar dan masih layak dipakai. Namun sayang dirobohkan,” ucap Hazmi.

Berharap KPK Datang

Sementara mantan Ketua Majelis Adat Aceh Rosman Hasymi menambahkan, bahwa Aceh Singkil akan dapat terlepas dari predikat miskin apabila KPK datang.

“Aceh Singkil akan bisa terlepas dari predikat miskin kalau sudah KPK turun ke Singkil. Hal tersebut berkenaan sejalan dengan pernyataan Bupati Aceh Singkil pada saat masyatakat melakukan demo mengenai kasus 21 miliar bulan yang lalu,” katanya singkat.

Di tempat terpisah Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Yusfit Helmi saat dikonfirmasi topmetro.news di ruang kerjanya menjelaskan, bahwa saat ini mutu pendidikan tetap diprioritaskan. “Mengenai pembangunan fisik itu juga perlu. Antara pembangunan dengan mutu pendidikan itu saling keterkaitan. Dengan baiknya bangunan sekolah maka akan semakin nyamannya murid belajar,” ucap Yusfit.

“Kita sudah menjuarai berbagai bidang pendidikan seperti PAUD Nasional juara 1, pengelolaan kelas juara 2 tingkat nasional dan tahun 2019 ini kita juga bertarung di Jakarta OSN tingkat SD secara nasional.

Mengenai pembongkaran Gedung SDN 1 Romania, sesuai dengan rekomendasi Dinas PUPR. Makanya kami robohkan karena tidak sesuai lagi kebutuhannya saat dibangun dengan kebutuhan saat sekarang. Kita membangun tanpa menghancurkan lapangan bersejarah (Daulat-red). Karena itulah makanya kita bangun SDN 1 itu bertingkat akibat sempitnya lokasi yang ada,” urainya.

Ia pun bertanya, dari sisi mana pendidikan Aceh Singkil dituding merosot dan apa indikatornya. “Jangan asal berkicau. Tetapi tidak ada mempunyai data yang lengkap. Intinya, dinas pendidikan terbuka lebar untuk menerima masukan dan terbuka lebar bagi mereka yang ingin menanyakan langsung,” tegasnya.

reporter | Rusid Hidayat Berutu

Related posts

Leave a Comment