Heboh…Ada Kursi Berpenis di Kereta Api Meksiko…!

TOPMETRO.NEWS – Tempat duduknya berbentuk selangkangan lengkap dengan penis di tengahnya. Bentuk nan janggal itu menyatu dengan sandaran yang menyerupai dada pria.

“Kursi spesial” itu bisa ditemukan dalam salah satu gerbong kereta bawah tanah di Kota Meksiko, Meksiko.

Karena bentuknya yang tak umum, jangan heran bila sebagian penumpang metro mengernyitkan dahi dan menghindarinya–boleh jadi merasa jijik. Ada pula penumpang yang merasa lucu dan tertawa ketika melihatnya.

Pun terlihat seorang pria yang berusaha menyamankan diri, dengan mengalas penis artifisial itu dengan jaket. Ia mencoba duduk, sejurus kemudian merasa tak nyaman, hingga akhirnya memutuskan berdiri.

Reaksi-reaksi itu bisa dilihat dalam sebuah video yang viral selama dua pekan terakhir di media sosial.

Baru – baru ini, video bertajuk “Esperimento Asiento” (eksperimen kursi) itu sudah dilihat lebih dari 1,2 juta kali sejak rilis pada 20 Maret 2017.

Persis di bawah kursi tertulis peringatan (h/t Harper Bazaar). Lebih kurang bunyinya, “Tak nyaman duduk di sini, tetapi tak seberapa bila dibandingkan dengan kekerasan seksual yang dialami perempuan dalam kehidupan sehari-hari.”

Video dan kursi itu merupakan bagian dari kampanye UN Women–lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa bidang kesetaraan gender–dan Pemerintah Kota Meksiko.

Kedua lembaga tengah mengampanyekan program #NoEsDeHombres (ini tidak jantan), guna memerangi kekerasan dan pelecehan seksual yang kerap dialami perempuan di Kota Meksiko–terutama di moda transportasi umum.

Kampanye ini menjadi penting, mengingat 9 dari 10 perempuan di Kota Meksiko pernah menjadi korban kekerasan seksual.

Selain bereksperimen lewat kursi, ada pula percobaan bertajuk “Esperimento Pantallas” (eksperimen layar kaca).

Dalam percobaan yang disebut terakhir, sebuah kamera tersembunyi akan menyoroti lekuk pantat atau paha para pria yang bercelana ketat. Gambar tersebut langsung ditampilkan dalam layar kaca di tengah stasiun metro.

Alhasil, para pria yang kena sorot kamera, tampak canggung tatkala melihat lekuk pantat dan paha mereka dipamerkan di layar kaca.

Koordinator program UN Women Meksiko, Yeliz Osman, mengaku bahwa mereka sengaja menyasar para pria.

“Kami menargetkan pria pada tingkat global. Sebab mayoritas program tentang kekerasan atau pelecehan seksual selalu menargetkan perempuan serta anak. Kami ingin mengubahnya, sebab kami tak berpikir masalah (kekerasan dan pelecehan) terletak pada perempuan,” kata Osman, dilansir New York Times.

Aktivis asal Amerika Serikat sekaligus pendiri situs Stop Street Harrasment, Holly Kearl, juga menyatakan hal senada. Menurutnya, kampanye ini bisa membalikkan kecenderungan dalam kasus kekerasan dan pelecehan seksual, yang kerap memosisikan perempuan sebagai pihak yang salah.

“(Kampanye) ini terlihat segar, demi melihat seruan kreatif yang menyasar laki-laki,” kata Kearl, soal kampanye #NoEsDeHombres.

Sebagai informasi, Kota Meksiko menduduki urutan kedua–setelah Bogota, Kolombia–sebagai negara dengan sistem transportasi yang tak ramah (baca: berbahaya) bagi perempuan.

Peringkat itu dibuat berdasar survei Reuters pada 2014, dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti pelecehan fisik, pelecehan verbal, dan keamanan pada waktu malam.

Survei yang sama juga menempatkan Jakarta pada urutan kelima. Perempuan di Jakarta memang rentan tertimpa pelecehan seksual dalam transportasi umum.

Guna merujuk satu contoh, awal Maret silam, seorang mahasiswi Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengadukan kasus pelecehan seksual yang dialaminya ketika menumpang bus Transjakarta. Namun, korban malah mendapat pernyataan tak bersahabat ketika mengadu ke Polsek Jatinegara.

Pasalnya, Kanit Reskrim Polsek Jatinegara, AKP Bambang Edi, menyebut tindakan mencolek paha bukan pelecehan seksual. “Cuma iseng. Pelakunya juga seperti terpelajar kok,” kata Bambang, kepada media ihwal kasus itu.

Pernyataan Bambang itu menuai kritik dari kelompok-kelompok yang fokus pada isu-isu perempuan.

Sebagai informasi, merujuk penjelasan Klinik Hukum Online, unsur penting pelecehan seksual adalah adanya penolakan pada bentuk-bentuk perhatian yang bersifat seksual–termasuk aktivitas mencolek, bersiul dan sebagainya.

Lantas, perlukah kampanye seperti di Kota Meksiko dilakukan di Jakarta? Siapkah Anda menemukan kursi berbentuk penis di KRL atau Transjakarta?.(TMN)

Related posts

Leave a Comment