Kematian Brigadir J, Mahalnya Sebuah Kejujuran?

pandapotan silalahi

TOPMETRO.NEWS – Betul kata teman saya. Berani jujur, mantap. Tapi sampai sekarang sepertinya kejujuran itu sulit, bahkan mungkin teramat mahal. Kematian Yosua atau Brigadir J yang disebut-sebut akibat ‘tembak menembak’ hingga sekarang masih belum ada perkembangan. Padahal sudah nyaris berjalan dua pekan.

Opini | *PANDAPOTAN SILALAHI

Tak heran masyarakat menilai kasus ‘tembak menembak’ di rumah jenderal polisi bintang dua, pada Jumat (8/7/2022) ini menjadi sebuah peristiwa ‘tebak menebak’.

Bagaimana tidak tebak menebak? Siapa Bharada E, belum jelas. Benarkah kasus ini terkait pelecehan seksual, ini makin tak jelas. Benarkah jenderal bintang dua itu sedang tidak berada di TKP (tempat kejadian perkara), ini pun masih perlu pembuktian lebih jauh.

Namun, sebagai orang awam, rasanya tak berlebihan bila menyebut pengungkapan kematian Brigadir J yang diduga ‘dihabisi’ Bharada E, tak terlalu sulit. Polisi toh bisa menelusuri pistol yang digunakan untuk menghabisi nyawa Brigadir J. Apalagi zaman sekarang sudah sistem komputerisasi. Jenis pistol, berapa jumlah peluru, atas nama siapa, semua sudah tercatat
identitas pemegangnya. Kenapa tak ditelusuri ke arah sana?

Masalahnya sekarang pengungkapan kasus ini seolah polisi sedang menimbang-nimbang. Terlalu lama menimbang, akhirnya yang dirugikan nantinya bisa secara institusi, yakni tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Polri sedang dipertaruhkan.

Masyarakat sekarang ini sedang bertanya-tanya, mengapa proses pengungkapan kasus ini terkesan bertele-tele. Apakah polisi tidak punya kemampuan untuk mengungkapnya? Duh, saya yakin, pastinya penyidik punya naluri ke arah sana. Tapi sekali lagi, mengapa terlalu lama, hingga terkesan ‘jalan di tempat’.

Siapa sih yang tak curiga, dengan kematian Yosua? Setelah meninggal dunia, beberapa hari kemudian polisi baru mengumumkannya lewat sebuah jumpa pers di Polres Jaksel.

Kecurigaan lain, CCTV yang ‘mati’, wartawan yang meliput di sekitar TKP terpaksa diperiksa peralatannya dan semua baket (bahan dan keterangan) terkait perkara ini diminta dihapus oleh beberapa oknum berbadan kekar, berperawakan cepak. Sehingga rasanya tak berlebihan muncul kesan, terindikasi polisi berupaya mengaburkan perkara sebenarnya.

Hal yang tak bisa terlupakan, khususnya saat jenazah Yosua diserahkan ke pihak keluarga, awalnya mereka tidak diizinkan membuka peti jenazah. Duh, ini ada apa?

Tapi untunglah keluarga ‘keukeh’ membuka untuk melihat secara jelas kondisinya, sehingga perkara ini pun terbongkar. Bahwa kondisi Brigadir J tak cuma meregang nyawa dengan panasnya peluru yang menembus tubuhnya, tapi ditemukan banyak luka di tubuh itu. Kuat dugaan, bekas penganiayaan!

Berkembang pula, penganiayaan ini diduga tak cuma dilakoni satu orang. Pokoknya macam-macamlah prediksi masyarakat.

Apalagi dua orang jenderal hilir mudik di media sosial tampak berpelukan sambil tangis-tangisan. Mungkinkah jenderal satunya sudah tahu siapa penembak sebenarnya? Atau setidaknya jenderal itu tahu siapa aktor di balik peristiwa ini? Lagi-lagi masyarakat cuma bisa meraba-raba, membangun opininya sendiri.

Belakangan tiba-tiba muncul pula kabar seorang Polwan cantik berpangkat AKP yang dikait-kaitkan dalam perkara ini?

Akh, masyarakat pastinya dipaksa untuk bingung. Meski sempat viral di twitter sang jenderal disebut-sebut sudah lama tidak akur dengan istrinya, tapi tak serta merta menjawab rasa penasaran masyarakat terhadap wanita yang bertugas di Polda Metro Jaya itu. Ehm..ehm.

Sekarang, masyarakat masih sabar menunggu perkembangan kasus ini. Semoga kebingungan masyarakat tak kian menumpuk.

Terlebih setelah istri sang jenderal dan terduga pelaku Bharada E sudah meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Entah minta perlindungan dari siapa, cuma mereka yang tahu.

Namun, ada satu hal yang melegakan ‘pemirsa’ seantero jagad raya. Sang Jenderal kini sudah dinonaktifkan Kapolri. Terang saja, karena jika tidak, bukan tak mungkin perkara ini kian ‘gelap’.

Nah, pertanyaannya beranikah polisi untuk berlaku jujur membongkar kasus ini? Benarkah kejujuran itu mahal? Semoga!

penulis : wartawan topmetro.news, penikmat masalah-masalah sosial perkotaan.

Related posts

Leave a Comment