Ketua Umum PWI Pusat Serap Masukan Penguatan HPN 2023 di Sumut Lintas Unsur

Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari dan Ketua PWI Sumut Farianda Putra Sinik mengadakan pertemuan dengan lintas unsur strategis, Rabu (9/11/2022) malam, di Medan.

topmetro.news – Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari dan Ketua PWI Sumut Farianda Putra Sinik mengadakan pertemuan dengan lintas unsur strategis, Rabu (9/11/2022) malam, di Medan.

Pertemuan penuh kekerabatan tersebut dalam rangka menyongsong pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 di Medan Sumatera Utara 7 – 9 Februari 2023 mendatang,

Pertemuan dan diskusi kali ini bersama pakar dan dosen senior Ilmu Komunikasi Dr H Sakhyan Asmara MSP, pakar sejarah dari Unimed Prof Dr Ichwan Azhari, mantan Kadis Kominfo Sumut Dr Eddy Syofian MAP, Plt Kadis Kominfo Sumut Ilyas Sitorus, dan praktisi pers Zulfikar Tanjung.

Dalam pertemuan itu, Ketum PWI Pusat didampingi Muhammad Ihsan (bendahara umum), Wakil Bendahara Umum Edi Yoga, dan Ketua PWI Sumut meminta masukan agar mendapatkan penguatan pada momentum penyelenggaraan Hari Pers Nasional di Medan.

Secara umum, kata Atal S Depari, pihaknya ingin memperkuat program, terutama di luar agenda utama rutin. Seperti sebelum acara puncak yang dihadiri Presiden, akan ada sejumlah kegiatan lainnya.

Pada diskusi ini muncul beberapa bahasan penting. Antara lain kemungkinan adanya suatu sikap atau kebijakan tentang pers pada HPN di Sumut. Misalnya Deklarasi Pers Medan. Kemudian ada usulan monumen pers memanfaatkan salah satu gedung bersejarah. Yakni kantor redaksi surat kabar pada Zaman Belanda, De Sumatera Post. Lalu ada wacana menggelar Pameran 100 Tahun Persuratkabaran di Sumut, UMKM. Serta hiburan rakyat dan sebagainya.

Militansi Pers

Prof Ichwan Azhari menguraikan bagaimana kehidupan pers sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai saat ini di Sumatera Utara. Ia menggambarkan bahwa di Sumatera Utara terdapat tidak kurang 135 penerbitan pers yang pernah ada. Tersebar mulai dari Langkat sampai Mandailing Natal.

Pada Zaman Hindia Belanda, pers di Sumatera Utara, hampir semua menunjukkan militansinya menginformasikan semangat juang untuk meraih kemerdekaan.

Meski dalam suasana penjajahan, tetapi pers di Sumatera Utara dengan lihai memainkan bahasa-bahasa jurnalistik. Sehingga mampu memancing semangat juang Bangsa Indonesia di Sumatera Utara, tetapi tidak dapat didelik sebagai pelanggaran. Hal itu karena menggunakan gaya bahasa jurnalistik yang unik dan mengesankan.

Pakar sejarah yang sangat terkenal di Medan itu, juga menguraikan bagaimana pers di Sumatera Utara mampu menyajikan trik-trik pemberitaan dan informasi yang dapat menarik. Mampu mengikat pembaca, secara sosial, politik, maupun ekonomi.

Di sinilah menurut Ichwan ‘benang merah’ sejarah kelahiran pers nasional yang melahirkan para tokoh pers nasional. Seperti Adinegoro Parada Harahap, H Adam Malik, Mangaraja Salemboewe. Sampai pada masa Era Kemerdekaan, seperti Mohammad Said, Ani Idrus, Arif Lubis, Ibrahim Sinik, GM Panggabean, Zahari, dan lainnya.

Itulah sebabnya, kata Icwan, bila bicara pers nasional, tidak bisa lepas dari perjuangan pers di Sumatera Utara. Pers perjuangan yang penuh idealisme, menjadi ciri khas pers di Sumatera Utara. Ini yang diharapkan dapat terus dipelihara dalam kehidupan Pers Indonesia dewasa ini.

Idealisme dan Pragmatisme

Dosen senior Komunikasi Sumatera Utara dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIKP) Medan Sakhyan Asmara pun menggarisbawahi pernyataan Ichwan Azhari. Sebab masyarakat saat ini merindiukan pers nasional dan lokal yang bebas, berintegritas, dan memiliki idealisme tinggi.

Perkembangan kehidupan pers saat ini, menurut Sakhyan, berada di antara idealisme dan pragmatisme. Sehingga fungsi pers sebagai pengawasan sosial menjadi tergangggu.

Hal itu tidak bisa terhindari, karena perkembangan tuntutan zaman dan juga perkembangan siatuasi kehidupan perekonomian Bangsa Indonesia.

Corak pers saat ini, menurut Sakhyan, sangat mudah dikenal dan diketahui isi pemberitaan atau informasinya. Bila kita mengetahi siapa pemilik modal di belakang suatu penerbitan pers, maka corak informasi dan pemberitaannya juga tidak akan lari dari profil pemodal tersebut.

Oleh sebab itu, Sakhyan berharap perlu ada terobosan, baik dalam bentuk penyempurnaan regulasi tentang pers yang mampu mempertegas eksistensi penerbitan pers dan para jurnalis, maupun pelbagai upaya yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya insan pers nasional.

“Sehingga cita-cita untuk membangun pers yang merdeka tapi bermartabat, akan dapat tercapai,” pungkas Sakhyan.

Atal S Depari mencatat semua masukan itu dan akan digodok dan di-breakdown dalam bentuk kegiatan yang akan dituangkan dalam HPN 2023 di Sumut.

penulis | Erris JN

Related posts

Leave a Comment