Kekayaan Intelektual Yasonna Laoly ‘be fighter be winner’

MENKUMHAM Prof Yasonna Hamonangan Laoly SH MSc PhD tampil habis-habisan memaparkan Program Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) seputar kekayaan intelektual (KI) dan administrasi hukum umum (AHU) di depan ratusan warga Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/11/2023)

MENKUMHAM Prof Yasonna Hamonangan Laoly SH MSc PhD tampil habis-habisan memaparkan Program Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) seputar kekayaan intelektual (KI) dan administrasi hukum umum (AHU) di depan ratusan warga Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/11/2023).

Muncul dengan gaya orator tulen, ia mengupastuntas soal KI dan AHU untuk masa depan anak bangsa dalam segala aspek peruntukannya. Presentasinya sangat membius, sehingga, tidak sepatah kata pun yang terucap bernuansa politis sebagaimana diragukan banyak pihak.

Bagi Yasonna H Laoly, membicarakan KI dan AHU tersirat makna peningkatan harkat dan martabat bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan di tingkat domestik dan global. Dalam memenangkan kompetisi itu, ditegaskannya ‘be fighter be winner’, jadilah pejuang dan jadilah pemenang.

Saat ini katanya, berbagai elemen di Indonesia belum memahami arti dan pentingnya KI dan AHU. Menurut data di Kemenkumham, khusus tentang AHU, kesadaran warga Indonesia masih pada tataran sekira 11 persen saja.

“Kami sadari, sosialisasi massif sangat diperlukan. Pemerintah daerah kita dorong agar memaksimalkan peran serta mereka semata-mata bagi kemajuan masyarakat seutuhnya,“ ujar Yasonna H Laoly.

Ia memberi contoh tentang KI, baik amatannya di mancanegara atau di dalam negeri. Melalui proses yang ditetapkan maka KI pribadi dan KI komunal sangat berdampak kepada nilai ekonomi. Sebab dengan tercatatnya KI pribadi maka produknya semakin diyakini kualitas serta legalitasnya. Ia mengilustrasikan karya lagu yang dicatatkan di Kementerian Hukum dan HAM dikategorikan sebagai KI perorangan.

“Sumatera Utara sudah memiliki KI komunal meski potensi peningkatan jumlahnya pada waktu mendatang sangat signifikan. Perhatian saja Kopi Lintong, Kopi Toba, dan kopi lainnya yang sudah tercatat. Produk ini berbasis potensi geografis Indonesia yaitu Indikasi Geografis (IG) dan berkekuatan hukum,” ujarnya.

Tidak kalah pentingnya, katanya tentang AHU. Saat ini pelaku usaha diberi kemudahan mendapatkan legal standing terutama usaha menengah kecil mandiri (UMKM).

“Persyaratan mudah, tidak bertele-tele dan cepat diterbitkan legal standing perorangannya. Lebih kurang lima menit sudah selesai dan sertifikatnya dicetak sendiri oleh pemohonnya,“ ujarnya tegas.

Program DJKI tersebut tujuannya memaksimalkan perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual di Provinsi Sumatera Utara dan Indonesia umumnya.

Yasonna H Laoly menyampaikan bahwa karya cipta, kreativitas, inovasi, pengetahuan, keanekaragaman budaya dan kekayaan alam dapat digunakan untuk mendorong pembangunan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Semakin tinggi pemahaman masyarakat akan KI maka akan semakin meningkat kemakmuran negara itu. Perlindungan KI menjadi komponen penting dari kebijakan ekonomi nasional.

Unsur KI perlu didorong agar mampu bersaing di pasar global, yakni produk yang berbasis potensi IG. Melalui pengelolaan yang baik dan teratur akan meningkatkan perekonomian suatu wilayah.

Keragaman budaya dan sumber daya alam Sumatera Utara mempunyai keunggulan yang layak mendapat tempat di pasar internasional. Produk IG inilah menjadi modal intelektual bangsa Indonesia agar dapat bersaing dalam perdagangan global.

Uji KI Dan AHU

Saat bersamaan, acara bertajuk ‘Satu Jam Bersama Menkumham’ yang digelar di Universitas HKBP Nommensen itu dilakukan juga sesi tanya jawab dengan audiens.

Tercatat, tanya jawab dengan Yasonna H Laoly dimulai dari tingkat mahasiswa negeri/swasta, mahasiswa pascasarjana serta jajaran kampus lainnya.

Sejumlah materi pertanyaan yang terjawab dalam sesi tersebut terkesan masih gelagapan alias ‘out of focus’, padahal baru saja dipresentasikan Menkumham.

Yasonna H Laoly memberikan pertanyaan seakan guru menguji kemampuan siswa terkait program KI dan AHU yang dikupas tuntas sore itu.

Sikap ‘ngemong’ seorang guru besar jebolan Virginia Commonwealth University dan North Carolina University masih terpancar dari pria kelahiran Sibolga ini.

Saat jawaban yang disampaikan belum sempurna, berkali-kali ia melepas senyuman dan mengatakan, dipertimbangkan sebagai jawaban yang benar dan mendapat cenderamata.

Sosok pria yang masuk menteri Kabinet Indonesia Maju tersebut serasa paket lengkap, ya akademisi, motivator sampai orator. Kehadirannya di Medan dianggap terlalu singkat hanya dalam hitungan jam di auditorium Universitas Nomensen itu. Sehingga saat wartawan ‘doorstop’ pun, audiens masih mengerumuni dan mengabadikannya. (Catatan | Drs Jenda Bangun)

Related posts

Leave a Comment