Doakan Pemilik Perusahaan, Ephorus HKBP Sebut Keberadaan PT TPL Picu Krisis Sosial dan Ekologis

Ephorus HKBP Pdt Dr Victor Tinambunan MST menyebut, bahwa keberadaan PT Toba Pulp Lestari (TPL), telah memicu krisis sosial dan ekologis

topmetro.news, Medan – Ephorus HKBP Pdt Dr Victor Tinambunan MST menyebut, bahwa keberadaan PT Toba Pulp Lestari (TPL), telah memicu krisis sosial dan ekologis. Hal itu disampaikan pimpinan tertinggi HKBP tersebut dalam sebuah surat dengan tujuan pemilik dan pimpinan PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Dalam surat tertanggal 7 Mei 2025 tersebut, Pdt Dr Victor Tinambunan MST juga menyampaikan tujuh hal, yang ia sebut bentuk, keprihatinan dan tanggung jawab moral sebagai bagian dari masyarakat di Tano Batak dan juga selaku Pimpinan Gereja HKBP yang beranggotakan sekira 6,5 juta jiwa.

Isi lengkap surat Ephorus HKBP itu adalah:

1. Saya secara pribadi dan mayoritas masyarakat di Tano Batak, tidak mengenal secara langsung siapa sesungguhnya pemilik maupun pimpinan utama PT TPL. Ini merupakan suatu ironi yang mencolok, sebuah perusahaan berskala besar yang telah beroperasi selama puluhan tahun di atas tanah leluhur Orang Batak tetapi relasi sosial dan komunikasi dasarnya dengan masyarakat sekitar tetap asing dan tidak terbangun. Dalam konteks etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan, serta norma adat yang kami hidupi, absennya relasi ini merupakan sebuah bentuk pengabaian etika hidup bersama di masyarakat.

2. Fakta yang paling menyakitkan adalah bahwa keberadaan PT TPL telah memicu berbagai bentuk krisis sosial dan ekologis: mulai dari rusaknya alam dan keseimbangan ekosistem, rentetan bencana ekologis (banjir bandang, tanah longsor, pencemaran air, tanah, dan udara, perubahan iklim), jatuhnya korban jiwa dan luka, hilangnya sebagian lahan pertanian produktif, rusaknya relasi sosial antarwarga, hingga akumulasi kemarahan yang tidak mendapat saluran demokratis karena ketakutan. Ini bukan sekadar dampak insidental, tetapi sebuah jejak panjang dari konflik yang tidak kunjung diselesaikan secara bermartabat.

3. Berdasarkan pemberitaan media dan berbagai laporan publik, kami mengetahui bahwa PT TPL telah memperoleh keuntungan finansial yang sangat besar, bernilai triliunan rupiah dari pemanfaatan sumber daya alam di wilayah Tano Batak. Ironisnya, akumulasi kapital tersebut tidak tampak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pendapatan masyarakat lokal secara umum. Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang mendapat keuntungan. Ketimpangan ini menjadi cermin ketidakadilan distribusi manfaat ekonomi.

4. Melihat ironi kehidupan yang terjadi dalam kurun 30 tahun terakhir ini, dengan segala hormat dan tanggung jawab moral, saya menyerukan kepada Bapak/Ibu Pemilik dan Pimpinan PT TPL: Tutup operasional perusahaan TPL sesegera mungkin. Penutupan ini bukanlah sekadar desakan emosional, melainkan langkah preventif untuk menghindari krisis yang lebih parah di masa depan, bagi masyarakat di Tano Batak, bagi Sumatera Utara, dan bahkan bagi keberlanjutan ekologis di tingkat global bahkan generasi yang belum lahir.

5. Saya juga meminta agar seluruh karyawan dan karyawati yang terdampak penutupan perusahaan ini, diberikan hak-hak normatif secara utuh, termasuk kompensasi atau pesangon yang layak dan proporsional, bahkan bila memungkinkan dalam bentuk dana modal usaha. Langkah ini bukan hanya mencerminkan tanggung jawab hukum, tetapi juga merupakan wujud dari etika korporasi yang bermartabat.

6. Apa yang saya sampaikan ini sama dengan kerinduan sejak lama banyak pihak seperti pimpinan-pimpinan gereja di Sumatera Utara, Persekutuan Gereja Indonesia, tokoh masyarakat Batak yang tinggal di Tano Batak dan di luar Tano Batak, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat Tano Batak.

7. Dari ketulusan hati saya berdoa agar Tuhan Yang Mahakuasa senantiasa memberkati Bapak/Ibu pemilik perusahaan, memberi yang terbaik ke depan serta membuka jalan bagi hadirnya model bisnis baru yang lebih berkelanjutan, terlebih menghadirkan keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian alam.

sumber | RELIS

Related posts

Leave a Comment