KPU Sumut Akui Peran Media Penting di Pilgubsu 2018

peran media

topmetro.news – KPU Sumut mengakui peran media massa sangat penting dalam memberikan penyampaian sejumlah informasi mengenai pelaksanaan dari tahapan Pilgubsu 2018. Sementara AJI menyebut, Pilgubsu 2018 adalah ladang uang bagi pembuat hoax.

“Sebagai penyelenggara, KPU Sumut sangat berterimakasih sekali dengan para wartawan baik wartawan cetak, online dan elektronik yang telah bekerja secara optimal dalam menyampaian informasi pelaksanaan tahapan Pilgubsu 2018,” aku Ketua KPU Sumut Mulia Banurea pada sambutannya dalam kegiatan ‘media gathering’ yang digelar di Berastagi, Kabupaten Karo, Minggu (29/4/2018) malam.

Di hadapan para wartawan yang bertugas di KPU Sumut, Mulia Bunarea juga menegaskan kalau pihaknya tidak akan menutup-nutupi informasi selama tidak melanggar peraturan. “Kita selalu terbuka. Akan tetapi rekan-rekan media juga harus bisa mengerti kalau ada juga informasi yang tidak bisa dipublikasikan. Yang harus melalui proses pleno terlebih dahulu,” terang Mulia.

Empat Prinsip Pemilu

Dalam acara ‘media gathering’ yang berlangsung mulai 29 April- 1 Mei 2018 itu, juga turut hadir Ketua PWI Sumut Hermansyah SE serta para komisioner KPU Sumut yakni Yulhasni, Nazir Salim Manik, Iskandar Zulkarnain dan Sekretaris Abdul Rajab Pasaribu.

Ketua KPU Sumut menegaskan, sebagai penyelengara Pemilu, KPU akan tetap bersiteguh dalam menjalankan prinsip Pemilu. “Setidak ada empat prinsip yang akan terus kita pegang penuh,” sebutnya.

Prinsip yang pertama sebut Mulia yakni sebagai penyelengara KPU Sumut harus bekerja secara profesional. Artinya akan selalu bekerja sesuai apa yang telah ditentukan oleh peraturan. Yang kedua, KPU harus tetap menjaga integritas. Kemudian yang ketiga menjaga indepensi dan yang terakhir transparansi dan akuntabel.

Stop Hoax dan SARA

Pada kesempatan itu dirinya juga berharap agar tidak ada lagi berita-berita hoax. Sebab KPU Sumut telah berkomitmen melawan hoax, SARA, dan politik uang. Itu diwujudkan dengan deklarasi bersama melawan hoax, SARA, dan politik uang.

Sementara, Ketua PWI Sumut Hermansyah SE sangat merespon kegiatan yang melibatkan insan pers tersebut. Dirinya mengimbau agar para peserta mau serius mengikuti sehingga nantinya akan dapat menambah wawasannya.

Selain itu ia juga mengaku kalau sekarang ini media online yang ada di Sumut sudah mencapai seribu. “Banyak sekarang media online. Untuk di Sumut saja ada 1.000 media online. Namun wartawan yang telah memiliki kompetensi masih terlalu sedikit. Dimana ada 750 wartawan yang telah menjadi anggota PWI Sumut tapi yang telah memiliki kompetensi itu hanyalah 400 orang saja,” ungkapnya.

Ladang Pembuat Hoax

Sementara, pada acara sama, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan Agoez Perdana mengungkapkan, pelaksanaan Pilgubsu merupakan ‘ladang uang’ bagi pembuat berita hoaks.

Agoez yang membawakan materi dengan judul ‘Media Sebagai Katalisator Anti Hoaks dalam Pilkada’ menjelaskan, biasanya berita hoaks itu menyudutkan satu pihak tertentu. Kalau dalam Pilgubsu menyudutkan satu pasangan calon tertentu agar kredibilitasnya di tengah-tengah masyarakat menurun dan menguntung pasangan calon lainnya.

Darimana keuntungan bagi pembuat berita hoaks itu, Agoes mengungkapkan, adalah ketika masyarakat banyak menklik berita yang ditampilkan. Biasanya terjadi di website, youtube, dan media sosial lainnya. “Melalui google adsens, keuntungannya kalau saya perkirakan, pendapatan pembuat berita hoaks itu pada musim Pilgubsu ini mencapai Rp20-Rp30 juta perbulan,” sebut Agoez.

Agoez mencatat, kedua paslon yakni Eramas dan Djoss juga menjadi korban berita hoaks. Dan itu menjadi viral di media sosial yang tujuannya adalah untuk menjatuhkan kredibilitas kedua pasangan calon itu di tengah-tengah masyarakat. “Begitulah luar biasanya pengaruh dari berita hoaks tersebut. Sehingga kita sebagai jurnalis harus bisa menghindarinya. Atau paling tidak jangan menshare berita hoaks tersebut,” kata Agoes kembali. (TM-11)

Related posts

Leave a Comment