Guru Besar Unpad: Ada Upaya Pengkotakan Masyarakat Sumut

debat pilgubsu

topmetro.news – Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik Universitas Padjajaran, Prof Dr H Obsatar Sinaga mengatakan, Debat Pilgubsu 2018 putaran ketiga yang berlangsung Hari Selasa (19/6/2018) lalu, harusnya bisa membuat masyarakat Sumatera Utara lebih mudah menentukan program siapa yang mereka butuhkan saat ini.

Namun hal itu menurutnya tidak mudah. Sebab saat ini masyarakat sudah terkontaminasi dengan upaya pengkotak-kotakan yang tidak didasarkan pada program para calon pemimpin.

“Ya kita sekarang tinggal melihat kecerdasan masyarakat Sumatera Utara dalam menentukan apa yang mereka butuhkan. Kalau berfikir jernih maka sudah bisa dilihat program mana yang memberikan pengaruh langsung kepada kehidupan mereka. Masalahnya saat ini pemilih di Sumatera Utara sudah terkontaminasi dengan pengkotak-kotakan yang dilandaskan pada unsur SARA,” sebutnya.

Program Menyentuh Masyarakat

Obsatar Sinaga juga menyampaikan, debat itu semakin memperlihatkan bahwa program yang disampaikan Pasangan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) lebih nyata dibanding dengan program yang dipaparkan Pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas).

Menurutnya, program pengadaan kartu sehat dan kartu pintar yang selalu disampaikan oleh Djoss merupakan hal yang nyata yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat Sumatera Utara saat ini.

“Program ini berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat Sumatera Utara saat ini. Karena menyangkut penanganan kesehatan dan juga pendidikan. Teknis penggunaannya juga sudah jelas,” katanya, Kamis (21/6/2018).

Guru besar kelahiran Deli Serdang ini mengatakan, program tersebut berbeda dengan apa yang dipaparkan Pasangan Eramas. Ia menilai program yang dipaparkan pasangan ini masih terlalu umum. Sehingga implementasinya di tengah masyarakat belum jelas.

“Kita tidak melihat apa yang mau mereka perbuat secara spesifik kepada masyarakat. Mereka hanya memaparkan hal yang umum yang menurut saya masih hanya pada tataran kebijakan saja. Belum pada aksi langsung yang berhubungan dengan masyarakat,” ujarnya.

Soal Penanganan Korupsi

Dalam Debat Pilgubsu 2018 tersebut, mengenai penanganan korupsi juga kembali mengemuka. Khusus dalam hal ini menurut Obsatar, Pasangan Djoss sudah jauh unggul dibanding Eramas. Pengalaman Djarot saat menjadi Bupati Blitar maupun saat menjabat Gubernur DKI Jakarta akan menjadi modal besar baginya untuk pencegahan korupsi ditingkat birokrat.

Keuntungan besar juga ada pada Pasangan Djoss mengingat Djarot maupun Sihar tidak pernah tersangkut kasus-kasus dugaan korupsi. Berbeda dengan Pasangan Eramas dimana Musa Rajekshah sempat dipanggil KPK untuk dimintai keterangan terkait kasus dugaan suap anggota DPRD Sumut dari gubernur saat itu Gatot Pujo Nugroho.

“Saya kira Djarot punya pengalaman soal pencegahan korupsi dengan berbagai program e-budgeting, e-planning, dan sebagainya yang sangat mengedepankan transparansi saat memimpin. Berbeda denga Pak Edy yang latar belakangnya adalah prajurit militer, memang punya ketegasan. Tapi itu tidak cukup untuk mencegah korupsi,” pungkasnya. (TM-RED)

sumber: RMOL

Related posts

Leave a Comment