Polisi Akan Cari Penyebar Hoax Penculikan Anak

penculikan anak

topmetro.news – Saat ini sedang ramai isu penculikan anak, yang ternyata menurut polisi adalah hoax. Disebutkan, anak-anak diculik, lalu diambil organ tubuhnya. Akibatnya warga pun menjadi resah dan tidak sedikit yang langsung ikut menshare berita tersebut.

Menanggapi situasi ini, Mabes Polri pun mengambil langkah penyelidikan terkait maraknya info hoax soal penculikan anak tersebut. Mereka pun menelusuri apakah ada motif tertentu di balik ini. Sekaligus mencari tahu apakah ada unsur kesengajaan. Atau apakah ada kaitan antara satu hoax dengan lainnya.

“Masih kita dalami apakah ini satu rangkaian, ada kaitannya. Apakah ada saling hubungannya atau tidak. Intinya masyarakat harap tenang. Polri sedang melakukan penyelidikan. Semoga dalam waktu dekat bisa kita ungkap,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Selasa (30/10/2018).

Akun Penculikan Anak

Disebutkan, sedikitnya ada enam akun yang sedang diteliti polisi. Akun-akun tersebut dicari apakah saling punya kaitannya satu dengan lainnya. Sejalan dengan itu, polisi juga minta masyarakat waspada dan hati-hati. Dan yang lebih penting, jangan ikut menyebarkan berita hoax.

“Jangan segera disebarkan. Cek dulu lalu lapor ke polisi agar polisi yang cek langsung. Akan segera kita ungkap secara tuntas, termasuk penyebarnya,” janji Setyo.

Beberapa berita hoax itu misalnya termasuk isu penculikan anak di Pontianak, pada Jumat 19 Oktober 2018. Padahal, foto pelaku yang diklaim penculik anak di Pontianak itu ternyata diambil dari kasus pencurian HP di Desa Cimpabuan, Bogor, pada 16 Oktober 2018.

Kemudian ada isu kasus penculikan anak di Cakung. Disebutkan, anak itu dikembalikan setelah tiga hari dengan kondisi mata telah diambil, Senin 21 Oktober 2018. Ternyata itu juga hoax. Foto itu adalah seorang pelajar SD yang meninggal karena kelelahan bersepeda pada 20 Oktober 2018.

Berubah Menjadi Teror

Maraknya hoax penculikan anak itu pun semakin mencemaskan. Tidak tertutup kemungkinan, orang yang sedang menggiring anak sendiri akan divideokan, lalu disebar sebagai penculik. Artinya, isu ini bisa mengambil korban siapa saja. Apalagi dalam hoax itu selalu disebutkan ciri-ciri penculik.

Pada akhirnya, masyarakat pun menjadi tidak terkontrol. Seperti di Jawa Barat dan Jawa Timur, massa yang terprovokasi dengan beringas memukuli orang yang dicurigai sebagai komplotan penculik anak. Padahal korban tindak brutal massa itu ternyata orang gila. (TMN)

Related posts

Leave a Comment