Capres-Cawapres Mesti Berbahasa Trendy untuk Kaum Milenial

pemilih milenial

topmetro.news – Pengamat politik Ujang Komaruddin mengatakan, untuk mendekati pemilih milenial pasangan calon presiden dan calon wakil presiden harus menggunakan bahasa kaum milenial. Artinya, jika ingin mendekati kaum milenial, maka harus menggunakan bahasa kaum milenial, yaitu gaul, trendy, dan terbuka.

“Jadi strateginya harus disesuaikan dengan keinginan kaum milenial. Jika kaum milenial menginginkan lapangan kerja yang terbuka dan mudah, paling tidak para paslon harus menyediakannya jika terpilih,” tutur dia, saat dihubungi, Selasa (30/10/2018).

Kedua paslon, kata Ujang, sudah baik dalam menggarap suara pemilih milenial. Namun, dia berharap kedua paslon harus lebih kreatif lagi dan lebih banyak memberikan contoh. Pasalnya, kaum milenial lebih suka jika diberi contoh nyata.

“Misalkan kesuksesan Erick Tohir, ketua timses Jokowi-Amin dan Sandiaga Uno. Mereka menjadi contoh sukses yang bisa dijadikan contoh oleh kaum milenial. Kaum milenial butuh bukti, bukan sekadar janji,” katanya.

BACA JUGA:

SBY Minta Kader Demokrat tak Umbar Janji-janji

TKN Akui, Belum Semua Wilayah Aman Bagi Jokowi-Ma’ruf

Isu Pemilih Milenial

Sementara Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, terdapat dua isu penting yang perlu diperhatikan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Khususnya untuk menggarap suara pemilih milenial, yakni pendidikan dan lapangan kerja. Sebab, kaum milenial merupakan pemilih kelahiran 1980 sampai 2000.

“Kebanyakan pemilih milenial ini kan berusia 17 tahun sampai 26 tahun. Nah, usia-usia seperti itu tentunya sedang konsen dengan sekolah, kuliah dan pekerjaan. Jadi, isu yang relevan dan penting adalah pendidikan dan lapangan kerja,” ujar Qodari, saat dihubungi, di Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Karena itu, kata Qodari, jika paslon mau menggarap suara pemilih milenial, maka perlu menguasai isu pendidikan dan lapangan kerja. Khususnya memberikan tawaran-tawaran solusi yang menarik dan kreatif untuk mengatasi masalah pendidikan dan lapangan kerja.

“Jumlah pemilih milenial juga besar dan bisa menjadi penentu kemenangan,” ungkap dia.

Lebih lanjut, Qodari mengatakan dari medium yang digunakan kaum milenial mayoritas menggunakan media baru. Yakni media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Kalau mengukur dari media sosial, Joko Widodo lebih unggul dibandingkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno lebih unggul dibandingkan KH Ma’ruf Amin.

“Kalau penampilan atau personal style, Jokowi lebih unggul dibandingkan Prabowo. Jokowi lebih banyak memakai jacket, kaus dan sepatu yang style kaum milenial. Sedangkan cawapresnya, Sandiaga lebih unggul dari Kiai Ma’ruf Amin,” katanya. (TMN)

Related posts

Leave a Comment