Jokowi-Ma’ruf Gelorakan Optimisme

membangun optimisme

topmetro.news – Pernyataan Capres Prabowo Subianto yang menyamakan Indonesia dengan negara miskin seperti Rwanda dan Haiti menasbihkan dirinya bersama pasangannya Sandiaga Uno, sebagai pasangan pesimisme. Berbeda dengan Jokowi-Ma’ruf Amin yang membangun optimisme.

Hal itu diungkap Karyono Wibowo, Direktur Ekskutif Indonesian Public Institite, dalam Diskusi Refleksi Akhir Tahun bertema Indonesia Maju Atau Punah di Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Dijelaskan oleh Karyono, kelompok aliran optimis lebih memberi harapan Indonesia bisa lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya. Sementara aliran pesimisme memandang masa depan Indonesia tidak ada harapan lebih baik. Bahkan memprediksi Indonesia akan bubar dan punah.

“Dua aliran tersebut bisa direpresentasikan bahwa Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin berada di kubu aliran optimisme, sementara kubu Prabowo-Sandiaga Uno berada di kubu aliran pesimisme,” kata Karyono.

BACA JUGA: Jokowi: Pak JK Bersama Saya

Membangun Optimisme

Hal itu didasarkan pada sejumlah narasi dan pernyataan dari kedua pasangan capres. Sebagai kubu petahana, Jokowi-Ma’ruf lebih banyak membangun optimisme dengan narasi keberhasilan dan kemajuan pembangunan yang telah dicapai. Berbagai klaim kemajuan yang dicapai menjadi modal untuk membuat Indonesia lebih maju dari hari ini.

Sementara kubu Prabowo-Sandi lebih banyak membuat narasi sebaliknya. Sebagai penantang petahana, kubu ini banyak memproduksi opini yang mengandung pesimisme. Narasi yang dibangun lebih banyak bicara kegagalan pemerintah. Bahkan Prabowo memperkirakan Indonesia akan bubar di tahun 2030.

“Dan terbaru muncul pernyataan Indonesia akan punah,” kata dia.

Kata dia, secara ilmu politik, strategi Jokowi membangun optimisme, sebagai petahana adalah hal wajar. Begitupun strategi kubu Prabowo-Sandi akan berusaha mati-matian menjual delegitimasi atas keberhasilan petahana. Untuk menemukan mana yang lebih kuat, maka harus bermuara pada sebuah realitas.

Dalam konteks itu, kata Karyono, di saat Prabowo membangun pesimisme, justru sejumlah data riset beberapa lembaga internasional memberikan optimisme. Misalnya, data Economist Intelligence Unit (EIU) memprediksi terdapat lima negara yang bakal menguasai perekonomian global pada 2050. Yakni Tiongkok, Amerika Serikat, India, Meksiko, dan Indonesia.

“Laporan itu menyebutkan, Meksiko akan menggeser posisi Rusia. Sementara Indonesia akan menggeser posisi Italia dalam kurun waktu 10-35 tahun mendatang,” katanya.

PricewaterhouseCoopers (PwC) memprediksi bahwa ekonomi dunia akan tumbuh tinggi pada 2050. Pendorong pertumbuhan ekonomi tersebut bukan negara maju, tetapi justru negara berkembang. Dari 10 negara terbesar perekonomiannya di tahun 2050 Indonesia diprediksi berada di urutan keempat.

“Jadi pernyataan Kubu Prabowo bisa dikatakan sebagai melawan arus,” ujar Karyono.

Membangun Indonesia

Ketua Projo Karya Budianto Tarigan, yang juga menjadi pembicara di acara itu, mengatakan, pihaknya mengapresiasi kinerja Jokowi yang sudah maksimal membangun Indonesia. Bagi pihaknya, kinerja seperti yang dilakukan Jokowi, belum pernah dilakukan oleh presiden sebelumnya.

Maka ketika Prabowo banyak menyuarakan kepunahan Indonesia, semakin membuktikan dirinya adalah pengusung gerakan pesimisme. Dan dalam konteks itu, semakin tepat bila yang harus dipilih adalah Jokowi-KH Ma’ruf Amin.

“Masyarakat Ahlusunnah Waljamaah tidak percaya namanya punah. Punah itu hanya keniscayaan Allah SWT. Kita ada figur Ahlusunnah yaitu cawapres Kak KH Maruf Amin,” kata Budianto.

Hal yang sama disampaikan Bendum Projo Karya Dhany Marlen. Menurutnya, membangun optimisme dan harga diri bangsa menuju masa depan Indonesia ada di tangan Capres Jokowi yang sudah terbukti empat tahun membangun bangsa. “Kita bisa melihat komitmen Pak Jokowi terhadap Pancasila untuk pembangunan dan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia,” ujar Dhany.

Apalagi kata Dhany, Jokowi didampingi oleh sosok ulama. Itu membuktikan jika Jokowi adalah sosok yang memayungi Umat Islam. “Dipilihnya KH Ma’ruf Amin, bukti Pak Jokowi ingin melibatkan ulama dan kiyai untuk membangun dan menentukan arah masa depan bangsa,” tandasnya.

sumber: beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment