Demokrat Diajak ke Koalisi Prabowo Karena Kasihan?

partai demokrat

topmetro.news – Partai Demokrat diajak ke Koalisi Prabowo ternyata karena kasihan. Hal ini disampaikan Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono, berkaitan dengan statemen dia yang mengusir Partai Demokrat dari koalisi pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Menurut dia, Demokrat dulu diajak berkoalisi karena pertimbangan rasa iba saja. “Kita ajak koalisi cuma kita kasihan saja waktu itu. Sebab, nggak bisa ikut Pemilu 2024 kalau nggak ada yang mau koalisi,” kata Poyuono dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (10/5/2019).

Poyuono menyebut sikap PD saat ini seperti serangga undur-undur. Dia yakin Demokrat, setelah pemilu, tak akan mempunyai teman politik. “Saya yakin nasibnya Demokrat akan seperti kayak tokoh Aswatama setelah Perang Bharatayudha. Nggak diterima di mana-mana,” ucap Poyuono.

“Dan nanti juga oleh koalisi parpolnya Ibu Mega akan ditolak masuk koalisi. Dan nggak ada yang mau koalisi sama Demokrat tuh,” Poyuono menambahkan.

Diberitakan sebelumnya, Arief Poyuono meminta Partai Demokrat keluar dari Koalisi Indonesia Adil Makmur, yang mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Poyuono meminta Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY tak bersikap seperti serangga undur-undur.

“Demokrat sebaiknya keluar saja dari Koalisi Adil Makmur. Jangan elitenya dan ketum kayak serangga undur-undur ya. Mau mundur dari koalisi saja pake mencla-mencle segala,” ucap Poyuono.

BACA | Dicekal, Kivlan Zein Gagal Terbang ke Luar Negeri

Singgung Bintang Kivlan

Kivlan Zen menyerang Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Tak terima, Demokrat membalas serangan pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu.

“Coba Kivlan apalah, berkaca lagi ke dirinyalah. SBY itu nggak pernah jadi muridnya Kivlan Zen. Kivlan Zen tidak lebih pintar dari SBY. Kalau sudah lebih pintar, Kivlan itu sudah jadi presiden dia. Bintangnya sudah 4,” ujar Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon kepada wartawan, Kamis (9/5/2019).

Di sela-sela berdemo, Kivlan Zen menyebut SBY licik karena dituding tidak ingin Prabowo menjadi capres. Kivlan juga menyebut SBY sebagai juniornya di TNI. Kivlan dan SBY memang merupakan purnawirawan TNI. Pangkat terakhir Kivlan sebelum pensiun adalah Mayor Jenderal (Mayjen) atau bintang dua di TNI AD.

Sementara itu, SBY mengakhiri karirnya dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen) bintang 3. Namun dalam perjalanannya, SBY mendapat gelar jenderal kehormatan bintang 4. Jansen pun menyoroti hal tersebut.

“Coba lihat dulu bintangnya itu berapa biji, begitu,” kata dia.

Jansen pun bingung mengapa Kivlan menyerang Demokrat. Dalam orasinya, Kivlan juga menyebut Wasekjen PD Andi Arief-lah yang setan gundul. Istilah setan gundul ini dikemukakan Andi Arief untuk melabeli pihak di sisi Prabowo yang memberi informasi sesat terkait klaim kemenangan 62%.

“Kenapa kok Kivlan nyerang Demokrat. Harusnya yang dia serang itu ‘setan gundul’ yang memberi masukan ke Prabowo. Tidak mungkin Prabowo menang 62%, termasuk Pak Jokowi gitu,” ucap Jansen.

“Kok malah jadi Demokrat yang diserang karena terkait persoalan angka 62% itu kan sejak awal kami mengatakan Demokrat sama sekali tidak tahu. Malah yang masok data itu ke Pak Prabowo yang kami katakan ‘setan gundul’ karena data informasinya itu kan sesat sehingga membuat Pak Prabowo itu jadi sesat,” imbuhnya.

Kejutan Partai Demokrat

Demokrat memang mengejutkan publik karena memberi kritik atas klaim kemenangan Prabowo. Saat mendeklarasikan kemenangan, Prabowo menyebut menang 62% berdasarkan hasil internal. Demokrat tak mau ikut bertanggung jawab atas klaim itu.

“Jadi angka pasokan 62% itu yang kami persoalkan. Kalau kemudian Demokrat diminta ikut melegitimasi angka 62%, itu yang kami tidak mau ikut berperan di situ,” sebut Jansen.

Mengenai pendukung Prabowo-Sandi yang kini tampak saling menyerang, Demokrat mengatakan pihaknya hanya berusaha kritis. Jansen menyebut partainya tak mau ikut membenarkan sesuatu yang dinilainya salah.

“Sejak awal kami kan, publik juga mencatat, kami teman koalisi yang kritis. Sayang kepada teman bukan sedikit-sedikit walau dia tidak benar, kita nyenang-nyenangkan hatinya. Kan tidak gitu,” ungkapnya.

“Tujuh bulan ini dapat dilihat oleh publik walau kami kritis, kami serius sekali memenangkan Prabowo-Sandi,” tambah Jansen.

Sebelumnya diberitakan, Kivlan menyebut Andi Arief-lah yang merupakan ‘setan gundul’. Ia juga menyerang SBY dan mengungkit soal sifat Presiden RI ke-6 tersebut.

“Orang Partai Demokrat nggak jelas kelaminnya, SBY nggak jelas kelaminnya. Dia mau mencopot Prabowo supaya jangan jadi calon presiden dengan gayanya segala macam cara,” beber Kivlan.

“Dia saya tahu sifatnya mereka ini saling bersaing antara Prabowo dan SBY. Dia tak ingin ada jenderal lain yang jadi presiden, dia ingin dirinya sendiri dan dia orangnya licik. Sampaikan saja bahwa SBY licik. Dia junior saya, saya yang mendidik dia. Saya tahu dia orangnya licik. Dia mendukung 01 waktu menang di tahun 2014,” sambungnya.

sumber | detikcom

Related posts

Leave a Comment