Gunung Es yang Lebih Besar dari Jakarta Terbelah di Antartika

Gunung es Antartika

topmetro.news – Gunung es berukuran raksasa terbelah dari lapisan es Brunt Ice Shelf di Antartika. Tidak jauh dari markas penelitian Negara Inggris, British Antartic Suvey (BAS).

Besarnya diestimasi 1.270 kilometer persegi, sekitar dua kali ukuran DKI Jakarta dan tebalnya 150 meter.

Gunung es tersebut sudah terpantau retak sejak November 2020 dan retakannya itu terus memanjang sampai akhirnya benar-benar terbelah. Jadi, ilmuwan memang sudah memperkirakan kejadian ini walaupun tetap masih bikin takjub.

Retakan yang terjadi tumbuh sekitar satu kilometer per hari. Hingga kemudian benar-benar terpecah dari intinya. “Tim kami di BAS telah bersiap untuk peristiwa ini selama bertahun-tahun,” kata Direktur BAS, Jane Francis.

Bahkan di tahun 2016, lokasi penelitian mereka jauhkan dari lokasi itu untuk mencegah kemungkinan terburuk. Di kemudian hari, para staff hanya bekerja selama musim panas. Karena jika harus dilakukan evakuasi karena gunung es terbelah itu, akan sulit dilakukan di musim dingin.

“Ini adalah situasi yang dinamis. Empat tahun silam, kami memindahkan Halley Research Station untuk memastikan ia tidak ikut terbawa saat gunung es terbentuk. Itu adalah keputusan yang bijak,” sebut Direktur Operasional BAS, Simon Garrod.

Pergerakan Gunung Es

Tim ilmuwan Inggris saat ini terus mengamati pergerakan gunung es itu dengan perangkat GPS dan juga citra satelit. Peristiwa semacam ini adalah sebagai sesuatu yang alami dan juga kecil kemungkinannya karena perubahan iklim.

“Dalam beberapa minggu mendatang, gunung es itu mungkin bergerak menjauh. Atau terdampar dan tetap dekat jaraknya dengan Brunt Ice Shelf,” sebut Francis, sebagaimana berita CNN, Senin (1/3/2021).

BACA JUGA | Lumut Berubah Warna di Antartika, Pertanda Buruk Bagi Manusia

Ada kemungkinan juga terbelahnya gunung es berukuran masif ini akan memicu bagian lain dari lapisan es untuk terpecah. “Waktu yang akan memberitahu. Apakah hal ini akan memicu lebih banyak kepingan terpecah dalam beberapa hari atau minggu,” kata Prof Adrian Luckman dari Swansea University.

sumber | detikInet

Related posts

Leave a Comment