Fokus ke Koalisi, Golkar tak Risaukan Masalah Cawapres

Partai Golkar

topmetro.news – Partai Golkar mengaku lebih fokus pada kesolidan koalisi daripada mempersoalkan masalah Cawapres Jokowi. Dikatakan, meski pada dasarnya berharap bisa mengajukan cawapres, namun Partai Golkar tetap menyerahkan masalah itu kepada Jokowi.

Ketua DPP Partai Golkar Eka Sastra menyampaikan hal itu dalam forum diskusi bertajuk ‘Mencari Pendamping Jokowi: Visi Ekonomi Cawapres 2019’.

“Kami tidak terlalu merisaukan siapa yang dipilih Presiden Joko Widodo sebagai calon wakil presiden. Meski demikian, Golkar tetap memberi saran tekait figur ideal bagi pendamping Jokowi,” katanya.

“Kami tidak membebani Jokowi dengan siapa figur yang harus dipilih. Golkar saat ini lebih memilih fokus kepada koalisi. Bagaimana menghadapi dan memenangkan Pilpres 2019,” ungkap Eka.

Soal dukungan kepada Jokowi di Pilpres 2019, dikatakan, hal itu bahkan sudah ditetapkan melalui Rapimnas Partai Golkar. Partai ini sudah berkomitmen kuat mendukung Jokowi sebagai Capres Periode 2019-2024.

“Namun, Golkar akan menyodorkan nama apabila diminta Jokowi untuk mengajukan nama cawapres,” katanya.

Masalah Ekonomi

Soal kriteria Cawapres Jokowi, dikatakan Eka Sastra, harus kuat dalam masalah ekonomi. Apalagi di tengah kondisi perekonomian global yang tidak pasti, kriteria itu dirasa perlu, agar agar perekonomian Indonesia tetap stabil.

“Bagi Golkar, kalau diminta pasti diberikan. Yang jelas, pendamping bagi Jokowi harus memperkuat industri agar fundamental ekonomi aman di tengah tekanan global,” terang Eka.

Itu sebabnya, kata Eka, di tengah tantangan ekonomi ke depan, mestinya setiap poros kekuatan koalisi punya gagasan ideal soal ekonomi. “Dalam kontestasi pilpres, perdebatan harusnya mengarah pada gagasan ekonomi yang akan dipilih dan jalankan,” tutur Eka lagi.

Sehingga dengan demikian, tegas Eka, perdebatan pilpres yang dikaitkan dengan agama dan suku sudah harus ditinggalkan. “Sudah bukan momentumnya berdebat dengan melibatkan agama atau suku. Sekarang ini, yang dibahas apakah akan meninggalkan subsidi rakyat atau menguatkan peran negara,” katanya.

Indonesia, kata dia, harus memperkuat ekonomi domestik di tengah tekanan ekonomi global. “Saat ini, semua negara sudah menjalankan transformasi struktural dari sektor petanian lalu menuju industri. Dari industri lalu berganti menuju sektor jasa.

“Dan, Indonesia harus terus didorong untuk menjalankan kebijakan tersebut,” tutup dia. (TM-RAJA)

Related posts

Leave a Comment