Dr Defri Presentasikan Model Pengelolaan Warisan Budaya Tinggalan Dinasti Sisingamangaraja

Kelompok Terarah (FGD) dari tim peneliti dari Pusat Reset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara dan Batak Center DPW Sumut, melakukan kegiatan diskusi di Gedung Lembaga Penelitian USU Jalan Perpustakaan No 3A Medan, Jumat lalu.

topmetro.news – Kelompok Terarah (FGD) dari tim peneliti dari Pusat Reset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara dan Batak Center DPW Sumut, melakukan kegiatan diskusi di Gedung Lembaga Penelitian USU Jalan Perpustakaan No 3A Medan, Jumat lalu.

Diskusi ini dihadiri langsung Ketua Lembaga Penelitian USU Prof Dr Robert Sibarani MS dan tim periset yang terdiri dari Dr Defri Elias Simatupang MSi (Ketua), Dyah Hidayati SS MHum serta Lolita Refani Lumbantobin SHum MHum (anggota), dan belasan peserta diskusi lainnya.

Topik diskusi yang diangkat berjudul ‘Model Pengelolaan Warisan Budaya Tinggalan Dinasti Sisingamangaraja Untuk Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Danau Toba’, yang disampaikan Dr Defri Elias Simatupang MSi.

Defri mengakui riset yang dilakukannya ini tergolong ambisius ketika mencoba mengelaborasi model pengelolaan yang berfokus pada warisan budaya tinggalan Dinasti Sisingamangaraja yang keberadaannya ada pada lebih dari dua kabupaten di sekitar Kawasan Danau Toba.

“Banyak kelemahan dalam pembuatan riset ini karena situasi kondisi yang belum ideal bagi target penelitian, yang awalnya hanya fokus mencari data sebanyak-banyaknya terkait tinggalan Dinasti Sisingamangaraja. Saya menganggap dengan mengangkat isu ini maka isu yang lebih kecil (Pengelolaan Warisan Budaya Dinasti Tinggalan Sisingamangaraja) ikut terangkat, asalkan memiliki strategi yang tepat terkait upaya pengelolaan sumber daya budaya yang ada,” papar Defri di hadapan seluruh peserta diskusi.

Sementara itu, Prof Dr Robert Sibarani MS dalam review tema riset menyebut, harus dipahami betul terkait pembuatan model pengelolaan apa yang hendak disasar oleh periset. Apakah model pengelolaan interpretasi dari berbagai tinggalan warisan sumber daya budaya yang ada, atau model pengelolaan pemanfaatan ekonomi pariwisata.

Diskusi ini semakin menarik dengan masukan dari pemantik Halasan Sibarani dan peserta seperti Ketua Prodi Sastra Batak USU Drs Jekmen Sinulingga, Sekprodi Drs Warisman Sinaga, Melisa Padang, Natal Sitanggang, Ance Sitohang, dan Rizky Anggraini.

Di akhir diskusi, tim periset membuat resume dan menyebut riset sebagai ujung tombak keberhasilan program publik harus digalakkan terus dengan tingkat kepekaan, kekritisan, dan kearifan yang cukup.

Dilema sulitnya mendapat dana riset yang dulu dianggap lebih mudah KALAU menunjukkan riset apa pun itu, harus bisa menampilkan luaran yang terukur untuk kepentingan keilmuan dan manfaat praktis yang bisa diperoleh untuk kepentingan publik, yang dalam hal ini di Kawasan Danau Toba.

Dr Defri dan tim periset lainnya berkenan foto bersama dengan Prof Dr Robrt Sibarani MS dan seluruh peserta diskusi.

sumber | RELIS

Related posts

Leave a Comment